Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Balas Sanksi Ekonomi, Rusia Stop Pasok Gas Alam ke Uni Eropa, Prancis Bersiap Hadapi Masa Sulit

Konflik panas antara Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut, makin memberikan efek negatif bagi seluruh negara di benua Eropa tak terkecuali Prancis.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
zoom-in Balas Sanksi Ekonomi, Rusia Stop Pasok Gas Alam ke Uni Eropa, Prancis Bersiap Hadapi Masa Sulit
AFP/SERGEI SUPINSKY
Anggota layanan Ukraina terlihat di lokasi pertempuran dengan kelompok penyerang Rusia di ibukota Ukraina, Kyiv, pada pagi hari 26 Februari 2022, menurut personel layanan Ukraina di tempat kejadian. - Tentara Ukraina memukul mundur serangan Rusia di ibu kota, kata militer pada 26 Februari setelah Presiden Volodymyr Zelensky yang membangkang bersumpah bahwa negaranya yang pro-Barat tidak akan ditundukkan oleh Moskow. Ini dimulai pada hari ketiga sejak pemimpin Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi skala penuh yang telah menewaskan puluhan orang, memaksa lebih dari 50.000 orang meninggalkan Ukraina hanya dalam 48 jam dan memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Eropa. (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konflik panas antara Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut, makin memberikan efek negatif bagi seluruh negara di benua Eropa tak terkecuali Prancis.

Melalui pidatonya pada Rabu (2/3/2022), yang dikutip dari The Guardian. Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan warganya agar bersiap menghadapi resesi pada perekonomian negara akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Rusia Serang PLTN Zaporizhzhia, Kemlu Ukraina: Dampaknya Bisa 10 Kali Lebih Besar dari Chernobyl

Ancaman ini muncul setelah Rusia dikabarkan berhenti memasok gas alam untuk seluruh pasar Uni Eropa, sebagai bentuk balas dendam akibat diberlakukannya sanksi ekonomi yang membuat nilai mata uang Rusia, Rubel merosot drastis.

Sebagai informasi, keberadaan Rusia di benua Eropa menjadi penting lantaran negara pimpinan Vladimir Putin tersebut merupakan salah satu penyuplai gas alam terbesar di Eropa, dengan memasok sekitar 40 persen gas per tahun.

Jika nantinya Rusia benar-benar menghentikan kegiatan ekspor gas alamnya, tentu hal ini berimbas pada berkurangnya stok gas alam hingga dapat memicu kenaikan harga komoditas energi di daratan Eropa.

Tak hanya itu, jika hal ini terus berlanjut maka dikhawatirkan dapat mengganggu rantai pasok global hingga berujung pada terjadinya Inflasi.

Baca juga: Rusia Serang PLTN Zaporizhzhia, PM Inggris Langsung Serukan Rapat Darurat DK PBB

Berita Rekomendasi

Mengantisipasi terjadinya resesi atau krisis ekonomi di wilayahnya, Presiden Prancis mengimbau warganya untuk tak panik dan bersiap menghadapi risiko tersebut sembari pihaknya mencari alternatif baru untuk menanggulangani terjadinya efek berlebih pada situasi ini.

“Kenaikan harga bensin, gas, bahan baku akan berdampak pada daya beli kita; di masa depan, harga tangki bensin, tagihan pemanas, biaya produk tertentu berisiko menjadi lebih tinggi,” tambah Macron.

Mengurangi adanya ketergantungan pada sumber energi asing, Macron menyebut Prancis saat ini berencana membangun pembangkit nuklir baru.

Bahkan pihaknya juga tengah menugaskan perdana menteri Rusia, Jean Castex, untuk menyusun rencana komprehensif untuk menangani kenaikan harga dan dampak lain dari perang.

Rencana ini dilakukan Macron untuk melindungi perekonomian Prancis dari ancaman inflasi. Terlebih pada bulan ini Prancis tengah bersiap untuk melakukan pemilihan presiden 2022.

Antisipasi Krisis Gas karena Perang, Pemerintah Jerman Beralih Gunakan Pembangkit Listrik Batu Bara

Menyusul ancaman Rusia yang berencana menghentikan pengiriman gas alam ke Eropa, kini Jerman dikabarkan mulai mengganti penggunaan gas ke batu bara untuk memenuhi kebutuhan suplai listrik di wilayahnya.

Pernyataan tersebut disampaikan melalui siaran radio publik Deutschlandfunk oleh Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck yang dikutip dari Yahoo Finance pada Rabu (2/3/2022).

Baca juga: Rusia dan Ukraina Sepakat Terkait Perlunya Koridor Kemanusiaan untuk Bantu Evakuasi Warga Sipil

Memuncaknya konflik antara Ukraina dan Rusia, membuat AS dan Uni Eropa melayangkan sanksi ekonomi ke negara pimpinan Vladimir Putin. Membalas aksi tersebut, Putin berencana untuk menghentikan pasokan gas alam dari Rusia sebagai pembalasan atas sanksi yang dilayangkan Barat.

Jika hal ini terjadi, tentunya mengancam persediaan gas alam di beberapa negara Eropa. Mengingat Rusia merupakan salah satu penyuplai gas alam terbesar di Eropa, dengan memasok sekitar 40 persen gas per tahun.

Sebuah gambar menunjukkan kerusakan di pintu masuk gedung setelah penembakan oleh pasukan Rusia di Constitution Square di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, pada 2 Maret 2022. - Pada hari ketujuh pertempuran di Ukraina pada 2 Maret, Rusia mengklaim kendali atas kota pelabuhan selatan Kherson, pertempuran jalanan berkecamuk di kota terbesar kedua Ukraina Kharkiv, dan Kyiv bersiap menghadapi serangan Rusia yang ditakuti.
 (Photo by Sergey BOBOK / AFP)
Sebuah gambar menunjukkan kerusakan di pintu masuk gedung setelah penembakan oleh pasukan Rusia di Constitution Square di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, pada 2 Maret 2022. - Pada hari ketujuh pertempuran di Ukraina pada 2 Maret, Rusia mengklaim kendali atas kota pelabuhan selatan Kherson, pertempuran jalanan berkecamuk di kota terbesar kedua Ukraina Kharkiv, dan Kyiv bersiap menghadapi serangan Rusia yang ditakuti. (Photo by Sergey BOBOK / AFP) (AFP/SERGEY BOBOK)

Mengantisipasi adanya kelangkaan impor gas, Jerman berupaya mencari alternatif lain, dengan memanfaatkan sumber daya batu bara miliknya untuk memasok kebutuhan listrik di negaranya. Meskipun hal ini bertentangan dengan visi Jerman, yang ingin mengurangi penggunaan karbon dalam kehidupan bermasyarakat.

“Dalam jangka pendek mungkin sebagai tindakan pencegahan dan untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, kita harus menjaga pembangkit listrik tenaga batu bara dalam keadaan siaga dan bahkan mungkin membiarkannya beroperasi," kata Habeck

Sebagai informasi penggunaan batu bara sebagai pembangkit listrik berpotensi besar merusak lingkungan hal ini terjadi karena pembakaran tersebut dapat menghasilkan gas SO2 dan NO2 .

Jika kedua gas tersebut bercampur dengan uap air di udara, dikhawatirkan dapat memicu munculnya asam belerang dan asam nitrat. Nantinya asam yang menguap membentuk awan akan jatuh ke tanah bersama air hujan sebagai hujan asam.

Hal inilah yang dikhawatirkan Jerman apabila negaranya, menggunakan kembali batu bara sebagai pembangkit listrik. Meski tidak memberikan pengaruh langsung kepada manusia, namun hujan asam berpotensi besar merusak kehidupan lingkungan sekitar.

Awalnya pemerintah Jerman telah berencana menutup pembangkit listrik tenaga nuklirnya pada akhir 2022 serta menghapus penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap pada tahun 2030. Namun karena dipaksa keadaan, pemerintah Jerman kembali mempertahankan penggunaan nuklir dan pembangkit listrik tenaga batu bara.

Meski nantinya Jerman akan berpaling menggunakan batu bara, namun pemerintah berjanji pihaknya akan berupaya penuh mengelola limbah pembakaran tersebut agar tidak terlalu berisiko merusak lingkungan.

40 Persen Gas Alam Eropa Dipasok Rusia, Ini Jalurnya

Harga gas Eropa melonjak lebih dari 30 persen pada Kamis lalu, setelah pasukan Rusia melancarkan invasinya ke Ukraina.

Namun ada banyak hal yang menjadi alasan mengapa Rusia memiliki begitu banyak dampak pada pasar gas Eropa, bahkan di negara-negara yang tidak dipasok secara langsung oleh negara itu.

Berapa banyak gas yang dipasok Rusia ke Eropa?

Dikutip dari laman Reuters, Senin (28/2/2022), Eropa bergantung pada Rusia untuk sekitar 40 persen dari gas alamnya, sebagian besar diperoleh melalui pipa termasuk Yamal yang melintasi Belarus dan Polandia ke Jerman, lalu Nord Stream 1 yang mengalir langsung ke Jerman, dan pipa melalui Ukraina.

Jaringan pipa interkoneksi menghubungkan pasar gas internal Eropa.

Perlu diketahui, tidak semua negara di Eropa mendapatkan pasokan langsung dari Rusia.

Namun jika negara-negara seperti Jerman, yang merupakan konsumen terbesar gas Rusia menerima lebih sedikit dari Rusia, mereka harus menggantinya dari tempat lain, misalnya, Norwegia yang memiliki efek knock-on pada gas yang tersedia untuk negara lain.

Akibatnya, kabar tentang pasokan Rusia ini memicu volatilitas harga gas Inggris seperti halnya di benua Eropa, meskipun Inggris biasanya hanya mendapatkan kurang dari 5 persen gasnya dari Rusia.

Pasokan Rusia yang lebih rendah secara keseluruhan ke Eropa mengindikasikan bahwa lebih sedikit gas yang tersedia dari pemasok terbesarnya, Norwegia.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengaku optimis bahwa Uni Eropa (UE) akan mampu mengatasi beberapa gangguan impor gas dari Rusia.

Musim dingin yang ringan juga mengindikasikan stok gas Eropa lebih sehat dibandingkan yang diperkirakan banyak orang menjelang akhir musim dingin, meskipun tetap mendekati level terendah 5 tahun.

Kendati demikian, harga gas diperkirakan akan tetap tinggi, dan beberapa negara Eropa telah menggelontorkan miliaran dolar Amerika Serikat (AS) ke dalam sejumlah kebijakan untuk melindungi rumah tangga dari dampak rekor biaya energi yang tinggi.

Lalu apa yang terjadi pada penawaran Rusia?

Raksasa energi Rusia, Gazprom pada Kamis lalu mengatakan bahwa ekspor gas melalui Ukraina masih normal dan sesuai dengan permintaan dari konsumen.

Para analis pun memperkirakan Rusia akan terus memasok gas ke Eropa dan menunjukkan pasokan Rusia yang tidak terputus ke Eropa selama krisis Krimea pada 2014 hingga 2015.

Aliran melalui pipa Yamal Rusia-Eropa yang secara tradisional menyumbang sekitar 15 persen dari pasokan gas barat Rusia ke Eropa dan Turki, telah dalam mode terbalik sejak Desember lalu dengan aliran menuju ke timur, berkontribusi pada harga gas yang tinggi.

Sementara itu, data Refinitiv Eikon menunjukkan arus pada 2021 melalui tiga pipa utama Rusia ke Eropa mencapai 37.409 gigawatt jam per hari (GWh/hari), turun dari 41.263 GWh/hari pada 2020 dan 49.431 GWh/hari pada 2019.

Bagaimana dengan Nord Stream 2?

Rusia mengatakan bahwa Nord Stream 2, yang dapat menggandakan kapasitas ekspor gas tahunan Rusia di Baltik, dapat memberikan bantuan kepada pasar gas Eropa.

Namun Kanselir Jerman Olsf Scholz pada Rabu lalu menghentikan sertifikasi pipa setelah Rusia secara resmi mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur, yakni Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luganks (LPR) sebagai negara merdeka.

AS pun pada hari yang sama turut menjatuhkan sanksi pada perusahaan yang bertanggung jawab terkait pembangunan pipa tersebut.

Nord Stream 2 AG adalah perusahaan Swiss terdaftar yang berada di bawah perusahaan induk 'raksasa gas milik negara Rusia', Gazprom.

Karena pipa itu tidak beroperasi, maka langkah Jerman dan AS ini sebenarnya tidak berdampak langsung pada pasokan.

Namun para pedagang mengharapkan itu akan menyediakan pasokan gas pada akhir tahun dan harga untuk pengiriman di masa depan telah melonjak.

Harga Gas Alam naik

Harga gas alam Eropa naik signifikan pada Rabu (2/3). Harga gas acuan dari Belanda juga mencapai rekor tertinggi akibat sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa kepada Rusia.

Harga gas bumi acuan milik Belanda yakni Title Transfer Facility (TTF) mencapai rekor tertinggi harian yakni 185 euro per ton atau melampaui rekor tertinggi sebelumnya yakni 184,95 euro pada Desember lalu.

Pemerintah Inggris telah memblokir kapal pengiriman dari Rusia. Sementara negara di Uni Eropa akan mempertimbangkan untuk melarang kapal Rusia berlabuh di benua biru tersebut.

Di lain sisi, Parlemen Eropa menyerukan Uni Eropa untuk menutup pelabuhan-pelabuhan yang ada bagi kapal yang akan melabuh dan berangkat ke Rusia.

Meskipun Parlemen Eropa tidak menetapkan sanksi, namun pelaku pasar memperkirakan kemungkinan ke depan akan ada pengetatan terhadap Rusia yang memasok sekitar 40 persen gas alam bagi Eropa.

Memang tidak semua negara mendapatkan pasokan langsung dari Rusia, namun apabila pasokan terhenti, negara negara Eropa harus mencari sumber dari negara lain.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas