PLN: Transisi Energi Perlu Waktu Sampai 40 Tahun
Pertama di tahun 2030 ke atas, kemudian tahapan hingga tahun 2030 ketika Indonesia akan mencapai bauran EBT sebesar 29 persen
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Executive Vice President (EVP) Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN Edwin Nugraha mengatakan, transisi energi tidak bisa dilakukan dalam satu sampai dua tahun tapi selama 40 tahun.
Hal itu disampaikan dalam webiar IDE Katadata 2022, dengan tema ‘Indonesia's Readiness Towards Energy Transition’, Rabu (6/4/2022).
“Perlu kita pahami bersama bahwa transisi energi bukan berbicara satu dua tahun, tapi berbicara sampai 40 tahun. Transisi energi ini dilakukan dari sekarang sampai tahun 2060 yang Insya Allah nanti akan kita dapatkan karbon netral,” kata Edwin.
Baca juga: Dua Proyek PLN Ini Akan Perkuat Pasokan Listrik DKI, Banten dan Jabar
Menurut dia, ada tiga tahapan yang bisa dilakukan dalam menuju transisi energi.
Pertama di tahun 2030 ke atas, kemudian tahapan hingga tahun 2030 ketika Indonesia akan mencapai bauran EBT sebesar 29 persen, dan tahapan hingga tahun 2025 yakni saat Indonesia mengejar target 23 persen bauran EBT.
Ia menerangkan bahwa untuk memenuhi target bauran EBT perlu upaya ekstra.
Menurutnya, saat ini PLN masih menerima penyelesaian proyek 35.000 MW dari pembangkit-pembangkit listrik yang dibangun sejak tahun 2015, dan di tahun 2022 ini akan ada 8.000 MW pembangkit listrik lagi.
Baca juga: Pemilik Kafe yang Ludahi dan Maki Petugas PLN di Medan Dipenjara 4 Bulan: Lebih Rendah dari Tuntutan
Sebagian besar pembangkit listrik tersebut merupakan pembangkit listrik dari energi fosil.
Di antara upaya untuk mencapai target bauran EBT, saat ini PLN sedang mengoptimalkan pemakaian biomassa pada PLTU. Ada sekitar 20 sampai 30 persen batu bara akan diganti dengan biomassa.
Disamping itu, di daerah-daerah terpencil yang masih memakai diesel, PLN akan membangun pembangkit listrik energi surya (PLTS) yang dikombinasi dengan penggunaan baterai sehingga nantinya bisa menghemat biaya.
Baca juga: DPR Apresiasi Terobosan Dirut PLN dalam Percepatan Mobil Listrik
Head of Katadata Insight Center Adek Media Roza mengatakan, pihaknya telah melakukan survey yang dilakukan pada 26 Februari sampai 6 Maret 2022, dengan metode survey online dan non-probability sampling.
Dari survey itu diperoleh hasil sebanyak 89,9 persen masyarakat Indonesia masih sangat tergantung pada listrik, dan itu berarti listrik adalah energi yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.
“Hasil survey juga menunjukkan respons masyarakat akan kinerja pemerintah yang dianggap kurang memprioritaskan pengembangan energi terbarukan,” ucapnya.