Baja Impor Terus Gerus Baja Produksi Lokal
Data supply demand IISIA pun menunjukkan bahwa sebenarnya tidak terdapat kendala dalam kapasitas industri baja nasional untuk memenuhi kebutuhan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Produk-produk baja impor terus menyerbu ke Indonesia, bahkan intensitasnya terus meningkat.
Akibatnya banjir impor baja ini diperkirakan terus menggerus pangsa pasar produsen baja domestik.
Asosiasi Industri Besi dan Baja Nasional/The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) mengatakan, kondisi tersebut bisa terjadi lantaran produk impor malah mengisi pangsa pasar yang seharusnya masih dapat dipenuhi oleh produk dalam negeri.
Baca juga: Asosiasi Industri Keluhkan Serbuan Baja Impor, Utilisasi Pabrik dalam Negeri Hanya 50 Persen
Ketua Klaster Flat product IISIA Melati Sarnita mengatakan bahwa rata-rata utilisasi produksi industri baja nasional saat ini berada di level 50%, di mana angka itu masih jauh dari kondisi good utilization (80%), sebagaimana halnya di negara-negara produsen baja dunia.
Dia melanjutkan, data supply demand IISIA pun menunjukkan bahwa sebenarnya tidak terdapat kendala dalam kapasitas industri baja nasional untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.
"Oleh karenanya, dengan kondisi di mana kapasitas produksi yang masih lebih besar dibandingkan dengan konsumsi, pemerintah perlu melakukan kebijakan investasi dan pengendalian impor baja yang tepat dengan memperhatikan kemampuan suplai produsen baja nasional," ungkap Melati, kepada Kontan.co.id, kemarin malam.
Baca juga: Gandeng Pemasok Baja dan Prinsipal China, Pelindo Jajaki Bisnis Pembuatan Crane
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor baja periode Januari-Februari 2022 tercatat sebesar 946 ribu ton.
Jumlah ini masih lebih tinggi 7% dibandingkan periode Januari-Februari 2021 sebanyak 883 ribu ton (c-to-c).
Menurut pemaparan Melati, volume impor terbesar terjadi pada produk CRC/S sebesar 287 ribu ton, yang mengalami kenaikan 25% dari periode sebelumnya sebesar 230 ribu ton.
"Kondisi ini jika tidak disikapi tentu akan mengakibatkan pangsa pasar produsen domestik semakin tergerus dan dapat mematikan atau menghambat investasi yang telah, sedang, dan akan dilakukan," jelas Melati.
Adapun, konsumsi baja nasional pada tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 2,5% menjadi 15,5 juta ton dibandingkan tahun 2020 sebesar 15,1 juta ton.
Meski begitu, volume impor baja masih cukup tinggi dengan porsi impor mencapai 43% di tahun lalu.
Sedangkan porsi suplai produksi nasional setelah dikurangi ekspor (net produksi) tercatat sebesar 57%. (Vina Elvira/Anna Suci Perwitasari)