Likuiditas Perbankan Masih Longgar, Tetapi DPK Industri Perbankan Meningkat 10,4 Persen
Data Bank Indonesia (BI) mencatatkan DPK industri perbankan meningkat 10,4% year on year (yoy) mencapai Rp 7.238,2 triliun pada Maret 2022.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tetap tumbuh meskipun kondisi likuiditas perbankan masih longgar.
Bank Indonesia (BI) mencatat DPK industri perbankan meningkat 10,4% year on year (yoy) mencapai Rp 7.238,2 triliun pada Maret 2022.
Perkembangan DPK tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan giro serta simpanan berjangka.
Berdasarkan golongan nasabah, perlambatan giro terjadi baik pada golongan nasabah korporasi maupun perorangan.
Baca juga: BNI: Kepercayaan Nasabah Meningkat, DPK Terus Bertumbuh di Tahun Ketiga Pandemi
Namun, terjadi perlambatan simpanan berjangka terutama bersumber dari golongan nasabah korporasi.
Pada Maret 2022, simpanan berjangka tumbuh 1,3% yoy menjadi Rp 2.735,4 triliun. Terutama pada bank yang berlokasi di DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
Sementara itu, giro tercatat tumbuh 20,2% yoy menjadi Rp 2.048,2 triliun pada Maret 2022.
Sedangkan pertumbuhan tabungan meningkat 14,046 yoy menjadi Rp 2.454,6 triliun di kuartal pertama 2022.
Asal tahu saja, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan proyeksi pertumbuhan kredit perbankan di 2022 masih di kisaran 6% hingga 8%.
Baca juga: DPK Perbankan Tumbuh 9,6 Peren Menjadi Rp 6.979,8 Triliun, Ini Penyokongnya
Sedangkan himpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan masih diperkirakan akan naik 7% hingga 9% pada tahun ini.
Sedangkan penyaluran kredit bank secara nasional tumbuh 6,4% year on year (yoy) menjadi Rp 5.848,7 triliun pada Maret 2022.
Akselerasi pertumbuhan kredit utamanya bersumber dari golongan debitur perorangan. Kredit kepada perorangan tumbuh 8,4% yoy menjadi Rp 2.847,8 triliun pada tiga bulan pertama 2022.
Sementara itu, kredit kepada korporasi sedikit melambat dari 6,0% pada Februari 2022 menjadi 5,8% yoy di Maret 2022.
Adapun total penyaluran kredit ke segmen korporasi mencapai Rp 2.957,6 triliun pada kuartal pertama 2022. (Maizal Walfajri/Tendi Mahadi)