Okupansi Hotel di Lampung Capai 100 Persen saat Libur Lebaran 2022
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Lampung sudah memprediksi jika okupansi tamu hotel bisa melejit ke angka 100 persen di libur Idulfitri
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Lampung sudah memprediksi jika okupansi tamu hotel bisa melejit ke angka 100 persen di momen libur Idulfitri 1443 Hijriah.
Sekretaris PHRI Lampung Friandi Hendrawan mengatakan, waktu-waktu yang tinggi kunjungan tamu atau peak season pada usaha penginapan adalah saat momen libur bersama.
"Dalam bisnis hotel, season-season yang peak (tinggi) itu adalah Idul Fitri, Nataru (Natal dan Tahun Baru), dan libur sekolah.”
Baca juga: Okupansi Hotel Meningkat Hingga 40 Persen di Momen Libur Lebaran
“Tetapi libur sekolah levelnya masih dibawah dua peak season itu," ungkap Didi, sapaan akrab Friandi kepada Tribunlampung.co.id, Minggu (8/5/2022).
Terlebih lagi, menurutnya, euforia atau wujud exited dari masyarakat karena dua tahun sebelumnya tidak boleh melakukan aktivitas mudik atau liburan akibat pandemi Covid-19.
"Kali ini diperbolehkan melakukan aktivitas liburan dan mudik. Sudah kita prediksi sebelumnya juga bahwa tidak hanya di Lampung namun di Indonesia, tingkat kunjungan bakal seoptimal ini," jelas Didi.
Diakuinya, sebelum pandemi Covid-19, saat momen peak season maksimal keterisian tamu berada di angka 96 sampai 97 persen. Namun kali ini sampai tembus 100 persen.
Tidak hanya hotel berbintang, namun juga nonbintang menurutnya mendapat porsi yang tak kalah maksimal. Terlebih pangsa pasar memiliki segmen berbeda-beda.
"Ada yang high (tinggi), ada yang middle class (kelas menengah)," jelas dia.
Baca juga: Hotel di Brebes Ini Larang Tamunya Gunakan Aplikasi MiChat, Kerap Dipakai Kencan Tipu-tipu
Mengenai prediksi ke depan setelah momen libur Idul Fitri, Didi mengungkapkan pada prinsipnya bisnis perhotelan di Lampung bagus, terlebih saat tidak kondisi pandemi Covid-19.
"Achievement (pencapaian) sekitar 65-70 persen okupansi rata-rata setiap hotel itu saya yakin bisa didapat. Kalau minimal sudah di angka tersebut, artinya bisnis hotel sudah mendapatkan perolehan atau untung," papar Didi.
Kebanyakan tamu menginap karena tujuan bisnis seperti meeting, conference, pelatihan, dan lainnya. Jika untuk berwisata atau santai (leisure) hanya ada di kisaran angka 15 persen.
"Marketnya dari belanja pemerintah tetap paling besar mencapai 40 atau 50 persen. Selebihnya baru leisure visit, swasta nasional, dan lainnya," sambungnya.
Menurut Didi yang menjadi faktor penganggu tingkat kunjungan tamu hotel tidak lain hanya karena kondisi pandemi Covid-19.
Di kondisi yang masih corona ini, dia selalu mengingatkan anggota PHRI untuk komitmen menegakkan prokes termasuk Pedulilindungi.
"Baik diterapkan dalam internal hotel dan juga terhadap kenyamanan tamu. Pihak perhotelan harus menjadi salah satu elemen atau bagian dalam mengatasi pandemi Covid-19," tuturnya.
Sumber: TribunLampung