Harga Cabai dan Telur Melambung, Petani Untung Pedagang Warteg Mengeluh
Jika pemerintah tidak bisa mengendalikan harga-harga sembako, menyebabkan masyarakat menjerit karena harga yang sekarang membuat daya beli rendah.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan terutama cabai dan telur. Selain cabai harga sayur mayur juga mengalami hal serupa.
Imbasnya para pelaku usaha Warung Tegal (Warteg) kelimpungan lantaran terpaksa mengeluarkan biaya belanja sembako lebih besar dari sebelumnya.
Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengaku anggotanya dilanda kebingungan dengan kenaikan harga-harga pangan.
Bahkan, disebut Mukroni, harga telur mencapai Rp 30 ribu dan harga cabai rawit menyentuh Rp 100 ribu per kilogram.
"Telur makanan murah dibandingkan dengan daging, ikan, dan lainnya. Jika telur mahal, apa yang bisa kami jual lagi untuk menu Warteg selanjutnya," ujar Mukroni saat dikonfirmasi Senin (6/6/2022).
Menurut Mukroni, pemerintah harus menjelaskan kenapa harga bergerak naik seperti anomali.
Sebab, biasanya setelah Hari Raya Idul Fitri harga-harga melandai karena biasanya permintaan menurun terhadap barang.
"Ini seperti hadiah bom atom yang mengejutkan sebagai hadiah lebaran dari pemerintah. Apalagi subsidi minyak goreng dicabut oleh pemerintah," tutur Mukroni.
Baca juga: Warga Serang Berburu Telur Ayam Retak Imbas Kenaikan Harga
Ia menambahkan, jika pemerintah tidak bisa mengendalikan harga-harga sembako, hal ini menyebabkan masyarakat menjerit karena harga yang sekarang membuat daya beli rendah.
"Pemerintah sepertinya kalah dengan mekanisme pasar yang seharusnya pemerintah punya kendali terhadap pasar. Apa tidak punya trust lagi, sehingga seenak udel dipermainkan pasar?," tutur Mukroni.
Diketahui, harga cabai rawit merah meroket tinggi pekan ini menjelang datangnya Idul Adha.
Harga cabai rawit merah di Pasar Manis Ciamis, Jawa Barat misalnya sudah menembus angka Rp 100.000/kilogram pada hari Minggu (5/6/2022).
Sedangkan, harga telur ayam di Pasar Ciruas Kabupaten Serang, Banten, Rp 29 ribu per Kilogram.
Berbanding terbalik dengan para pengusaha Warung Tegal (Warteg), petani di Kulonprogo justru meraup untung dari kenaikan harga cabai dan bahan pokok lainnya.
Kenaikan harga ini tentunya cukup menggembirakan bagi mereka.
"Dengan harga mahal, petani cabai di Kulon Progo yang punya panenan merasa senang karena menikmati harga cabai yang tidak setiap tahunnya naik. Mungkin 3 tahun sekali," ucap Sukarman, Ketua Kelompok Tani Gisik Pranaji Kulon Progo, saat ditemui di lahannya yang berada di Bugel, Kapanewon Panjatan.
Melambungnya harga cabai di Kulonprogo saat ini disebabkan karena panen cabai di wilayah lain seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat banyak yang terserang hama penyakit.
Kondisi ini menyebabkan para petani cabai di beberapa wilayah itu gagal panen. Sehingga mereka banyak yang membeli cabai di wilayah Kulon Progo.
Sukarman melanjutkan petani cabai bisa memetik sebanyak 5 kali di lahan seluas 100 hektar.
Dengan hasil panen cabai bisa mencapai 15 ton. Adapun hasil panen cabai di lahan pantai Kulon Progo kebanyakan dipasarkan ke Jakarta, Semarang, lokal DIY bahkan Sumatera.
Petani pemetik cabai, Ngatijah (54) mengaku turut senang dengan naiknya harga cabai di Kulon Progo sekarang ini.
Dalam sehari, ia bisa memetik cabai sampai 30 kilogram.
Baca juga: Tak Hanya Cabai, Harga Aneka Sayur-mayur Juga Merangkak Naik
Sehingga berdampak pada upah yang akan diterimanya. Dengan demikian ia merasa diuntungkan.
"Kalau harga turun cuma dapat Rp 75 ribu sekarang Rp 100 ribu," ucapnya.
Pengamat Ekonomi Fithra Faisal menyebut meski saat ini harga pangan terus merangkak naik namun tingkat konsumsi masyarakat meningkat seiring pengendalian Covid-19 yang terus membaik.
"Dari sisi permintaan, tingkat konsumsi mulai pulih. Konsumsi domestik menguat. Dari sisi permintaan cukup konsisten. Ini potensi pemulihan ekonomi domestik," kata Fithra.
Menurut Fithra, aktivitas masyarakat sudah cukup tinggi. Restoran, bioskop, tempat-tempat hiburan dipenuhi pengunjung. Ini menunjukkan roda perekonomian bergerak.
Terkait penyebab kenaikan harga pangan, Fithra menyebut ada beberapa faktor. Pengaruh dinamika global dan musim cukup besar.
Dari sisi produksi ada penurunan, namun permintaan tetap kuat.
Dia memberi contoh, harga telur ayam naik karena petani mengurangi produksi akibat tingginya harga pakan.
Sedangkan kenaikan harga cabai dipengaruhi faktor musim yang menyebabkan petani mengalami gagal panen.
"Harga pakan naik signifikan. Kenapa naik? salah satunya kita bisa melihat dari suply chain global, karena pakan dari gandum. India sudah mulai menahan produk ekspor dan itu berdampak juga bagi harga pakan ayam. Gejolak dari Eropa Timur juga membatasi gandum. Ini berimplifikasi pada harga telur," tegas Fithra.
Fithra mengatakan, yang harus diwaspadai adalah inflasi.
Saat ini, tren inflasi masih wajar, tapi dia menyebut ada tanda-tanda yang harus jadi perhatian pemerintah. Jangan sampai inflasi berujung pada stagflasi.(Tribun Network/nis/sri/wly)