Alberto Longo: Balap Formula E Jadi Pendorong Indonesia Bertransformasi ke Kendaraan Listrik
Balapan Formula E diharapkan semakin menguatkan posisi Indonesia lebih serius bertransformasi pada kendaraan listrik.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ajang balapan Formula E diharapkan semakin menguatkan posisi Indonesia lebih serius bertransformasi pada kendaraan listrik.
Demikian pesan Alberto Longo, Co Founder and Chief Championship Officer Formula E dalam diskusi virtual baru-baru ini.
Dia berharap semua pihak baik pemerintah, regulator, swasta, dan masyarakat berkolaborasi menerapkan electric vehicle (EV) atau kendaraan elektrik sebagai alat mobilitas sehari-hari.
"Indonesia, sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara tidak hanya punya peluang, tapi perlu mendukung gerakan ini demi mengatasi pemanasan global," ucap Longo dalam keterangannya, Kamis (9/6/2022).
Direktur Eksekutif Komite Bersama Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin, mengatakan selain untuk mengatasi krisis iklim, penggunaan kendaraan elektrik mendatangkan tiga manfaat.
Di antaranya, mereduksi pencemaran udara di perkotaan, menjadi bukti partisipasi global untuk menekan emisi karbon seturut komitmen Indonesia pada Persetujuan Paris, dan manfaat ketiga adalah memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca juga: BUMN Tak Ada yang Jadi Sponsor Formula E, DPR Sindir Erick Thohir, Singgung soal Capres 2024
Kajian tentang pertumbuhan ekonomi nasional ini telah dijalankan KPBB sejak 2012. Saat itu, KPBB menyodorkan kepada pemerintah sejumlah keuntungan jika segera mengadopsi kendaraan elektrik.
Menurut Ahmad Safrudin, Indonesia dapat menikmati keuntungan ekonomi hingga Rp 6.900 triliun dalam 10 tahun ke depan. Kajian itu kemudian dikembangkan seturut dikenalkannya produk baterai EV.
Baca juga: Jakarta E-Prix Disebut Banjir Pujian, Wakil Ketua DPRD: Jawaban Atas Penolakan Formula E
Pada 2020, KPBB kembali menyodorkan perhitungan kepada pemerintah, apabila segera memulai industri baterai EV maka pada 2030 akan mendapat keuntungan ekonomi sekitar Rp 9.603 triliun.
Menurut Ahmad Safrudin, kunci pertama pelanjuran EV di Indonesia harus dimulai dari inisiatif pemerintah. Salah satu inisiatif terpenting yakni menelurkan regulasi yang mendorong penggunaan kendaraan EV.
Baca juga: Balapan Sukses, Bos Formula E Sanjung Anies Baswedan, Singgung Soal Kepemimpinan dan Kejujuran
“Pemerintah misalnya bisa membuat regulasi insentif dan disinsentif. Contoh, motor mengeluarkan emisi 60 gram per kilometer. Maka buatlah aturan jika emisi yang dihasilkan motor lebih dari angka tersebut akan dikenakan cukai. Sebaliknya jika kurang dari angkat tersebut akan mendapat insentif.
Dengan aturan ini, saya yakin akan terjadi peningkatan penetrasi pasar,” tutur Ahmad Safrudin. Dia juga mendorong swasta agar tidak menunggu, melainkan melakukan terobosan dan inovasi.
“Jangan takut jadi risk taker. Harus berani membuat perubahan,” ujarnya.
Salah satu pihak swasta yang melakukan inovasi adalah Elders Garage. Berawal dari bengkel custom motor yang sempat mendapat order membuat motor chopper untuk Presiden Jokowi, kemudian membuat kreasi mengagumkan dengan mengkonversi Vespa menjadi motor listrik dengan alat khusus yang dibuat.
Chief Procurement & Business Elders Garage, Richard Andrea, menjelaskan tujuan membuat konverter itu karena ia ingin melihat generasi penerus tetap bisa menggunakan motor klasik ketika era elektrik telah meluas di masa depan.
“Saya ingin motor (berbahan bakar fosil) yang sudah ada bisa dilestarikan, digunakan kembali, dan di-recycle,” katanya.
Efek ekonomi meluas tersebut telah dimanfaatkan oleh Allianz. Dony Sinanda Putra sebagai Head Of Product & Underwriting PT Asuransi Allianz Utama Indonesia, mengatakan Allianz bertekad menjadi pemimpin di kategori sustainability pada industri keuangan, terutama dengan tiga misi utama.
Pertama, ikut berperan dalam mengatasi krisis iklim dengan mendukung pencapaian nol karbon. Kemudian, mendukung masyarakat terutama generasi penerus untuk mempraktikkan cara hidup yang berkelanjutan.
Tiga, memastikan permodalan dan asuransi menunjang upaya keberlanjutan. Misalnya dengan menarik dukungan terhadap bisnis yang masih mengedepankan penggunaan energi fosil.
Perusahaannya tahun ini mengurangi penggunaan kertas di perusahaan sampai 20 persen, mereduksi pemakaian listrik di kantor hingga 5 persen, serta melaksanan aksi Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL atau CSR), antara lain dengan mereduksi dan mengumpulkan lebih dari 2 ton sampah anorganik pada Januari silam.
Perusahaan ini juga mencabut keikusertaan perusahaan tersebut sebagai promotor balapan yang masih menggunakan bahan bakar fosil.