Pemerintah Disebut Telah Bayar Kompensasi Selisih Harga Keekonomian BBM ke Pertamina
Kompensasi tersebut merupakan selisih harga keekonomian minyak dunia dengan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah ternyata mulai membayar kompensasi kepada PT Pertamina (Persero).
Kompensasi tersebut merupakan selisih harga keekonomian minyak dunia dengan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.
Pembayaran kompensasi yang mulai dilakukan ini, diharapkan membantu memperkuat keuangan Pertamina sehingga dapat menjalankan penugasannya dalam pendistribusian BBM ke masyarakat dengan lebih baik.
"Memang kita harus akui (kondisi) ini belum ideal ya, karena belum sampai lunas. Masih ada (kompensasi) yang belum terbayar.
Baca juga: Apresiasi Pemerintah Subsidi BBM dan LPG, Pertamina Jaga Pasokan Energi
Tapi apakah (langkah pembayaran ) ini bagus? Tentu saja (bagus), karena setidaknya ada dana masuk ke Pertamina, yang itu bisa membantu kondisi keuangan, agar bisa berputar kembali dengan lebih baik.
(Jadi) Patut diapresiasi,"ujar Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro. Komaidi Notonegoro, kepada media, Kamis (10/6/2022).
Menurut Komaidi, tunggakan utang pemerintah atas Pertamina sejauh ini sangat besar, yang terbagi dalam dana subsidi dan dana kompensasi.
Baca juga: Soal Mobil Mewah Dilarang Beli Pertalite, DPR: Harusnya Kaum Mampu Malu Beli BBM Subsidi
Secara ideal, memang pemerintah dapat segera melunasi tunggakan tersebut agar kinerja keuangan Pertamina bisa kembali sehat, sehingga dapat lebih kuat dalam mengantisipasi terus melambungnya harga minyak dunia.
"Namun kita juga harus tahu dan memahami bahwa (soal pembayaran) itu juga bukan perkara mudah. Di lain pihak Pertamina juga tidak bisa nih menunggu terlalu lama karena bakal semakin 'babak belur' mengalami lonjakan harga minyak dunia.
Sehingga pembayaran ini, meski belum sampai lunas, pasti sangat berarti bagi Pertamina agar cashflow mereka bisa gerak lagi.
Ada ruang yang cukup mereka untuk bertahan, berinovasi, menata strategi di tengah harga dunia yang terus tinggi," ungkap Komaidi.
Baca juga: Jokowi Bandingkan Harga BBM Indonesia dengan Negara Tetangga: Kita Bisa Tahan Subsidi Sampai Kapan?
Dengan logika tersebut, Komaidi pun berharap proses pembayaran secara bertahap ini dapat terus dijalankan secara simultan dan terukur.
Dengan begitu, posisi Pertamina dapat lebih terbantu dalam berjibaku menghadapi kondisi yang dilematis seperti saat ini.
Terlebih, bahwa Pemerintah pun berkomitmen akan melakukan pembayaran kompensasi pada Pertamina setiap tengah tahun dan akhir tahun.
"Karena itu kalau ada yang bilang pemerintah tidak punya good will (niat baik), tidak punya komitmen (membantu Pertamina), itu jelas salah. Kalau tidak ada good will, ya tidak akan dibayar.
Inisiatif pemerintah untuk membayar secara bertahap ini justru menjadi sebagian bukti bahwa pemerintah punya good will, punya komitmen untuk Pertamina bertahan. Meski memang mungkin belum maksimal. Ya kita harapkan ke depan agar bisa lebih maksimal. Itu saja," tegas Komaidi. (*)