Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Awal Pekan, Harga Minyak Mentah Menguat Tipis

Pada pukul 07.20 WIB, harga minyak WTI kontrak Juli 2022 di New York Mercantile Exchange berada di 110,05 dolar AS per barel, menguat 0,45 persen

Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Awal Pekan, Harga Minyak Mentah Menguat Tipis
ETF Daily News
ILUSTRASI - Awal Pekan, Harga Minyak Mentah Menguat Tipis 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga minyak mentah awal pekan atau Senin (20/6/2022) mengalami penguatan tipis.

Pada pukul 07.20 WIB, harga minyak WTI kontrak Juli 2022 di New York Mercantile Exchange berada di 110,05 dolar AS per barel, menguat 0,45 persen dari posisi akhir pekan lalu 109,56 dolar AS per barel.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Agustus 2022 di ICE Futrues menguat 0,35 persen ke 113,5 dolar AS per barel dari penutupan perdagangan pekan lalu US$ 113,12 per barel.

Baca juga: Harga Minyak Melemah, Brent Diperdagangkan 119,46 Dolar AS per Barel

Harga minyak anjlok sekitar 7 persen ke level terendah empat minggu pada hari Jumat di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga oleh bank sentral utama dapat memperlambat ekonomi global dan memangkas permintaan energi.

Juga menekan harga minyak, nilai tukar dolar AS naik ke level tertinggi sejak Desember 2002 terhadap sekeranjang mata uang, membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

"Harga minyak mentah jatuh karena dolar menguat, Rusia mengisyaratkan ekspor minyak harus meningkat, dan karena kekhawatiran resesi global tumbuh," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA kepada Reuters.

Para gubernur bank sentral global yang dengan cepat melonggarkan kebijakan moneter selama pandemi untuk menghindari resesi, kini mengetatkan untuk memerangi inflasi. Federal Reserve pekan lalu menaikkan suku bunga AS paling banyak dalam lebih dari seperempat abad.

BERITA TERKAIT

"Dengan bank sentral membuat langkah yang cukup substansial untuk membatasi pertumbuhan melalui kenaikan suku bunga dan pengetatan moneter, muncul efek pada minyak," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York. Dia mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat berpotensi menurunkan permintaan energi.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Dunia Tinggi, Efisiensi Pertamina Capai US$ 2.2 Miliar

Rusia, sementara itu, mengharapkan ekspor minyaknya meningkat pada 2022 meskipun ada sanksi Barat dan embargo Eropa.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan, pasar minyak global terus menunjukkan tanda-tanda turbulensi.

Dia menyebut, ini disebabkan oleh ketidakpastian atas pemulihan produksi minyak di Libya, Iran, dan Venezuela dan kurangnya infrastruktur energi.

Baca juga: Harga Minyak Melemah, Brent Diperdagangkan 119,46 Dolar AS per Barel

Gejolak pasar tentu meningkat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Aliran gas Rusia ke Eropa tidak memenuhi permintaan pada hari Jumat karena gelombang panas awal di selatan mendorong permintaan untuk AC.

Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas