PHK Massal di Perusahaan Startup, Grant Thornton: Manajemen Keuangan Perusahaan Penting
Perusahaan startup diingatkan pentingnya manajemen keuangan perusahaan amatlah penting untuk menjaga keberlangsungan usaha dan mencegah PHK.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Grant Thornton, perusahaan global di jasa audit, tax, dan advisory mengingatkan manajemen keuangan perusahaan amatlah penting untuk menjaga keberlangsungan usaha, menanggapi fenomena maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan perusahaan startup di Indonesia.
CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, fenomena yang dihadapi startup saat ini bukanlah semata permasalahan tidak adanya pendanaan.
“Perusahaan startup disarankan menggunakan protokol finansial internal, sesederhana dimulai dengan evaluasi keuangan dan memperbarui informasi kondisi finansial secara rutin,” ucap Johanna di Jakarta, Senin (20/6/2022).
“Dengan menjaga arus informasi keuangan, potensi kesalahan perencanaan dapat diantisipasi jauh hari sebelum keadaan keuangan semakin memburuk,” sambungnya.
Selain strategi manajemen keuangan yang baik diperlukan juga strategi keseluruhan yang matang agar startup tidak hanya dapat bertahan namun juga tumbuh.
“Pertimbangkan inovasi dari sisi produk dan model bisnis serta di era post-pandemic ini, perhatikan juga situasi dan kebiasaan target market yang mungkin berubah, mungkin saja ada strategi bisnis yang perlu disesuaikan untuk mengejar pertumbuhan optimal,” tutur Johanna.
Sejumlah startup yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di antaranya Tanihub, Zenius, LinkAja, Pahamify, JD.ID, dan MPL.
Beberapa startup internasional juga melakukan PHK besar-besaran tahun ini seperti Netflix dan Robinhood.
Baca juga: Inflasi dan Suku Bunga Tinggi Menekan Bisnis Startup Hingga Lakukan PHK
Sejumlah perusahaan startip Indonesia yant tengah menghadapi permasalahan dikenal sebagai fenomena “bubble burst”.
Mengutip Investopedia, fenomena ini merupakan kondisi bisnis yang cepat mengalami kenaikan namun cepat juga mengalami penurunan.
Fenomena pecahnya gelembung tersebut dikarenakan saat ini perusahaan startup sulit untuk mendapatkan pendanaan serta tidak mempunyai aset.
Baca juga: Binance Buka 2.000 Lowongan Kerja di Tengah Tren PHK Perusahaan Kripto
Padahal, untuk meraih pengguna kebanyakan dari startup harus melakukan strategi bakar uang seperti promosi melalui televisi, baliho, digital, program cashback, hingga diskon besar-besaran.
Ditambah lagi dengan The Fed yang juga melakukan kebijakan menaikkan suku bunga sehingga investor - investor luar negeri cenderung menarik dana mereka dan memilih untuk menyimpan uang mereka daripada berinvestasi ke industri teknologi di Indonesia.
Hal ini berimbas pada semakin selektifnya investor dalam memberikan pendanaan kepada perusahaan rintisan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.