Ekonomi 60 Negara di Dunia Akan Ambruk, Jokowi: 42 Dipastikan Sudah Menuju ke Sana
Menurut Jokowi, ekonomi 60 negara di dunia akan ambruk akibat terdampak pandemi dan krisis ekonomi.
Editor: Muhammad Zulfikar
“Walaupun beban fiskal kita berat, pemerintah sudah berkomitmen untuk terus memberikan subsidi kepada masyarakat bawah, baik yang berkaitan dengan BBM, pertalite, dan solar, yang berkaitan dengan gas dan listrik. Ini yang terus harus kita jaga,” ujarnya.
Untuk memberikan kelonggaran fiskal, Kepala Negara kembali menginstruksikan kepada kementerian/lembaga dan BUMN untuk melakukan belanja secara efisien.
“Saya minta kepada kementerian/lembaga dan BUMN, ini melakukan efisiensi belanja yang sebanyak-banyaknya agar pemerintah memiliki kelonggaran fiskal,” ujarnya.
Baca juga: Saat Jokowi Hampir Salah Sebut Nama Kabinet di Rakernas PDIP, Lalu Buru-Buru Diralat
Ekonomi Sri Lanka Terhenti
ktivitas perekonomian Sri Lanka hampir terhenti setelah negara tersebut kehabisan stok bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi.
Dikutip dari moneyweb.co.za, Sabtu (18/6/2022) Pemerintah Sri Lanka mengumumkan hari Jumat (17/6) sebagai hari libur bagi kantor-kantor publik dan sekolah untuk membatasi pergerakan kendaraan,
Sementara itu, ribuan kendaraan mengantre hingga berkilo-kilometer saat para pengemudi menunggu SPBU diisi ulang.
Menteri Tenaga dan Energi Sri Lanka Kanchana Wijesekera mengatakan, Ceylon Petroleum Corp yang dikelola negara belum menerima tender untuk stok bahan bakar baru karena pemasok terhalang oleh pembayaran yang belum dibayar.
“Sri Lanka telah berkomunikasi dengan beberapa perusahaan dan negara lain, termasuk Rusia untuk mengimpor bahan bakar kendaraan melalui jalur kredit baru senilai 500 juta dolar AS.” kata Wijesekera.
Baca juga: Dihantam Krisis Ekonomi, Sri Lanka Hanya Miliki Stok BBM untuk Lima Hari
Krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka telah menimbulkan aksi protes selama beberapa bulan terakhir dan menuntut pencopotan Presiden Gotabaya Rajapaksa serta anggota keluarganya dari pemerintah.
“Negara ini akan membutuhkan sekitar 6 miliar dolar AS bantuan dari Dana Moneter Internasional dan negara lain termasuk India dan China, untuk mengatasi krisis ekonomi selama enam bulan ke depan.” kata Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe.
Otoritas lokal Sri Lanka sedang mengupayakan dana talangan dengan IMF untuk mendapatkan sumber pendanaan baru lainnya.
Ekonomi Sri Lanka kemungkinan mengalami kontraksi pada kuartal pertama, dihantam oleh protes publik, ketidakstabilan politik, harga komoditas yang tinggi, dan gangguan rantai pasokan. (*) (Tribunnews.com/Kontan/Kompas.com)