Perusahaan India Gunakan Yuan untuk Impor Batubara Rusia
Sejumlah negara besar mulai beralih menggunakan Yuan China untuk melangsungkan transaksi jual beli energi dengan perusahaan Rusia.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI – Setelah Amerika Serikat melarang Rusia menggunakan dolar untuk transaksi ekpornya, sejumlah negara besar mulai beralih menggunakan Yuan China untuk melangsungkan transaksi jual beli energi dengan perusahaan Rusia.
Salah satunya UltraTech Cement, produsen semen terbesar asal India ini diketahui telah menggunakan Yuan untuk membayarkan impor batubara dari Rusia.
Informasi ini diketahui setelah bea cukai India merilis dokumen impornya, dimana dalam faktur tertanggal 5 Juni tersebut UltraTech Cement tercatat telah menggelontorkan dana senilai 172.652.900 yuan.
Dana tersebut dikeluarkan UltraTech Cement untuk memborong 157.000 ton batubara dari produsen Rusia SUEK yang dimuat dalam kapal curah MV Mangas melalui pelabuhan Vanino Rusia.
"Langkah ini signifikan. Saya belum pernah mendengar entitas India membayar dalam yuan untuk perdagangan internasional dalam 25 tahun terakhir karir saya. Ini pada dasarnya menghindari dolar AS," kata seorang pedagang mata uang yang berbasis di Singapura.
SUEK sendiri sejauh ini masih enggan menjelaskan bank mana yang membuka letter of credit untuk UltraTech.
Baca juga: Pasokan Gas Seret Bikin Pusing Belanda, Tiru Jerman Hidupkan Pembangkit Batubara
Namun mengutip dari Reuters untuk menyelesaikan pembayaran dengan Yuan, para pembeli diharuskan mengirim dolar ke bank China yang terikat perjanjian dengan bank Rusia, setelah itu barulah uang tersebut akan dikonversikan ke bentuk Yuan.
Berkat transaksi ini Moskow dapat melindungi diri dari efek sanksi barat yang dikenakan pada Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Baca juga: Kena Sanksi Ekonomi, Pengusaha Rusia Kini Pakai Yuan dan Bank China untuk Berbisnis
Dengan bertransaksi menggunakan Yuan, cara ini juga dipercaya dapat mendorong Beijing untuk lebih menginternasionalkan mata uang dan mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan global.
"Jika rute rupee-yuan-rouble ternyata menguntungkan, bisnis memiliki setiap alasan dan insentif untuk beralih. Ini kemungkinan akan terjadi lebih banyak lagi," kata Subhash Chandra Garg, mantan sekretaris urusan ekonomi di kementerian keuangan India
Diperkiran transaksi seperti ini akan terus berlangsung selama beberapa bulan terakhir, meski Rusia kini tengah ramai dihujani sanksi, namun nyatanya hal tersebut tak membuat India berhenti memasok kebutuhan energinya.
Bahkan impor energi India dari Rusia terpantau terus melonjak hanya dalam beberapa pekan terakhir, terlebih setelah perusahaan energi Moscow memberikan diskon besar pada semua komoditi minyak dan gas alam.