Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dampak Kebijakan Zero Covid, Industri Baja China Krisis Hingga 5 Tahun Mendatang

Ekonomi China kian menunjukkan kemerosotan setelah pendapatan dari industri bajanya mengalami penurunan drastis

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
zoom-in Dampak Kebijakan Zero Covid, Industri Baja China Krisis Hingga 5 Tahun Mendatang
Warta Kota/Muhammad Azzam
ilustrasi. Ekonomi China kian menunjukkan kemerosotan setelah pendapatan dari industri bajanya mengalami penurunan drastis, akibat pemberlakukan pembatasan wilayah selama satu tahun terakhir akibat Covid -19. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Ekonomi China kian menunjukkan kemerosotan setelah pendapatan dari industri bajanya mengalami penurunan drastis, akibat pemberlakukan pembatasan wilayah selama satu tahun terakhir akibat Covid -19.

Menurut laporan Biro Statistik Nasional (NBS ), sebelum China mulai memperketat aturan Zero Covid untuk mengurangi laju penyebaran virus Covid -19, per Maret 2021 para produsen baja China biasanya menghasilkan dari 94,02 juta ton. Namun setelah adanya pengetatan di sejumlah wilayah permintaan produksi baja China mengalami penurunan drastis.

Bahkan imbas dari kebijakan tersebut telah membuat perusahaan baja Hunan Valin Iron dan Steel Group mengumumkan penurunan pendapatan, akibat berkurangnya permintaan impor baja hingga keduanya mengalami krisis parah.

Baca juga: Hubungan Diplomatik China dan Australia Mencair, Keduanya Sepakat Gelar Diskusi di Forum G20

Tak hanya keduanya saja yang mengalami krisis, belakangan diketahui sejumlah pabrik baja lainnya yang berada di barat laut dan barat daya China juga telah mengeluhkan hal yang sama. Kondisi ini lantas membuat stok baja di China mengalami pembengkakan.

Para analis memperkirakan kondisi krisis akibat menurunnya jumlah permintaan pengiriman baja akan terus berlanjut hingga 5 tahun kedepan, meskipun pada akhir bulan lalu pemerintah China telah memberikan sedikit pelonggaran pada sektor industrinya dengan membuka operasi beberapa sektor pengiriman.

Baca juga: Rusia Kantongi 24 Miliar Dolar AS dari Penjualan Energi ke China dan India

Namun langkah tersebut belum cukup mampu mengatasi krisis industri baja, bahkan menurut data Asosiasi Besi dan Baja China yang dilansir Bloomberg, saat ini setidaknya masih ada 23 persen baja yang harus dikirimkan ke konsumen.



Khawatir apabila industri baja di negaranya makin hancur membuat presiden presiden Xi Jinping menyerukan dorongan khusus pada produsen baja, dengan melakukan pemotongan output produksi lebih rendah dari tahun sebelumnya, serta menghentikan beberapa produksi yang tidak menguntungkan.

Dengan cara tersebut Jinping menyebut bahwa cara ini dapat mengurangi jumlah pasokan demi menyelamatkan industri baja selain itu langkah ini juga bisa membantu misi Beijing untuk membatasi jumlah emisi karbon.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas