Harga Minyak Melonjak Menjelang Kenaikan Suku Bunga The Fed
Harga minyak naik pada perdagangan hari ini, Kamis (14/7/2022), di tengah kekhawatiran investor terhadap prospek kenaikan suku bunga AS
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Harga minyak naik pada perdagangan hari ini, Kamis (14/7/2022), di tengah kekhawatiran investor terhadap prospek kenaikan suku bunga AS yang besar.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik 68 sen atau 0,7 persen, menjadi 100,25 dolar AS per barel pada pukul 04:00 GMT. Brent sebelumnya menetap di bawah 100 ribu dolar AS per barel pada perdagangan Rabu (13/7/2022) kemarin.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus melonjak 55 sen atau 0,6 persen, menjadi 96,85 dolar AS per barel.
Baca juga: The Fed Diprediksi Kembali Kerek Suku Bunga, Pasar Saham Berpotensi Terkoreksi
Harga minyak mentah telah jatuh dalam dua minggu terakhir, di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai resesi. Ekspor produk olahan minyak mentah dan minyak Rusia juga mengalami penurunan, di tengah sanksi Barat dan gangguan pasokan di Libya.
"Itu semua didorong oleh sentimen saat ini dan itu telah menyebabkan sebagian besar kerugian yang terlihat di pasar minyak selama beberapa minggu terakhir. Saya tidak melihat perubahan signifikan dalam fundamental pasokan minyak dan itu mungkin mengapa kita masih melihat Brent bertahan di sekitar level 100 dolar AS," kata seorang ekonom di bank OCBC Singapura, Howie Lee.
Baca juga: Rugi 150.000 Barel Per Hari, Irak Gagal Genjot Ekspor Minyak di Tengah Krisis Energi
Federal Reserve AS (The Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin, untuk melawan inflasi yang melonjak. Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan akan mengikuti langkah serupa yang dilakukan Bank Sentral Kanada pada Rabu kemarin.
Pembatasan Covid-19 di beberapa kota di China sebagai upaya untuk mengendalikan penyebaran virus ini, juga ikut mempengaruhi permintaan pasokan minyak. Berdasarkan data dari Bea Cukai China menunjukkan, impor minyak mentah harian China untuk bulan Juni, merosot ke rekor terendahnya sejak Juli 2018.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden pada Jumat (15/7/2022) besok akan berkunjung ke Arab Saudi, untuk menghadiri pertemuan puncak sekutu Teluk dan membujuk sekutu negara-negara Teluk untuk memproduksi lebih banyak minyak.
Namun kapasitas cadangan di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) hampir habis, dengan sebagian besar produsen minyak memproduksi dalam kapasitas maksimun. Arab Saudi juga diragukan dapat membawa lebih banyak pasokan minyak ke pasar dengan cepat.
Administrasi Informasi Energi AS mengungkapkan, permintaan pasokan minyak melambat dengan produk yang dipasok merosot menjadi 18,7 juta barel per hari, menjadi rekor terendah sejak Juni 2021.
"Kami selalu mengharapkan permintaan untuk berjuang di tengah tingginya harga produk. Tetapi ukuran penurunan mingguan menunjukkan bahwa itu mungkin hanya sekali dan mungkin, setidaknya sebagian, berbalik dalam beberapa minggu mendatang" kata kepala ekonom komoditas di Capital Economics, Caroline Bain.