Pengusaha Migas: Energi Fosil Masih akan Digunakan Dalam Jangka Panjang
Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong mengatakan, untuk di Indonesia, energi yang bersumber dari fosil masih sangat diperlukan.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
![Pengusaha Migas: Energi Fosil Masih akan Digunakan Dalam Jangka Panjang](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pertamina-160819-4.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu-isu seputar perubahan iklim saat ini semakin berhembus kencang, ditambah lagi kampanye penggunaan energi terbarukan semakin marak di dunia, termasuk Indonesia.
Bahkan sejumlah negara maju telah mendeklarasikan untuk mencapai nol emisi karbon di tahun 2050.
Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA) Marjolijn Wajong mengatakan, untuk di Indonesia, energi yang bersumber dari fosil masih sangat diperlukan.
Baca juga: IPA Convex Kembali Digelar, Bahas Peningkatan Produksi Migas di Tengah Tantangan Perubahan Iklim
Bahkan ketergantungan tersebut masih akan berlanjut hingga jangka waktu yang cukup panjang kedepannya.
Pasalnya, total energi yang bersumber dari non-fosil jumlahnya sangat sedikit. Sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan energi nasional.
Sehingga dapat dikatakan, kehadiran energi konvensional masih sangat dibutuhkan.
“(Total energi) yang kita butuhkan saat ini dengan yang disuplai dari energi yang terbarukan masih belum match, bahkan belum mencukupi setengahnya sampai dengan tahun 2050,” ucap Marjolijn dalam pertemuan IPA bersama Kompas Gramedia secara virtual, Kamis (14/7/2022).
“Dan intinya kita perlu dua-duanya atau dua sumber (fosil dan terbarukan). Yang renewable terus didorong, tetapi yang migas ini masih tetap dibutuhkan,” sambungnya.
Marjolijn juga menambahkan, para perusahaan yang bergerak di industri migas saat ini juga terus melakukan upaya dan mendukung Pemerintah dalam menekan emisi karbon.
Untuk itu, IPA akan kembali menggelar konvensi dan pameran IPA Convex 2022 secara hybrid, yang akan digelar pada 21-23 September 2022, di Jakarta Convention Center.
IPA Convex merupakan ajang tahunan seputar industri minyak dan gas, yang didalamnya membahas seputar kebijakan dan peraturan.
Baca juga: Porsi EBT Meningkat, Energi Fosil Dinilai Tetap Menjadi Urat Nadi Perekonomian
Acara tersebut akan dihadiri ahli-ahli, investor, operator, dan sektor pendukung untuk bertukar ide, teknologi terbaru dan kerjasama untuk investasi masa depan di Indonesia.
Pada penyelenggaraan di tahun ini IPA Convex mengambil tema ‘Addressing the Dual Challenge: Meeting Indonesia Energy Needs While Mitigating Risk of Climate Change’.
Topik tersebut membahas tentang bagaimana Indonesia bisa mencapai target produksi migas sebanyak-banyaknya untuk ketahanan energi bangsa dan negara.
Namun di sisi lain perusahaan dan Pemerintah memiliki kewajiban untuk menyikapi adanya isu perubahan iklim, alias climate change.
Salah satu sesi Plenary IPA Convex, akan membahas secara spesifik terkait peran Carbon Capture and Storage/Carbon Capture, Utilization and Storage (CCS/CCUS) dalam memenuhi target Indonesia dalam Net Zero Emission (NZE).
Diketahui, Pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan produksi migas demi memenuhi kebutuhan domestik. Di sisi lain, upaya untuk mengurangi emisi menuju NZE tahun 2060 juga terus dilakukan.
Baca juga: Tinjau Ketersediaan BBM di Riau, BPH Migas Pastikan Stok Aman
Untuk mencapai keseimbangan kedua hal tersebut, pemanfaatan teknologi pengurangan emisi seperti CCS/CCUS bisa menjadi solusi, mengingat CCUS mampu meningkatkan produksi migas sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan.
“Kita tidak bisa mempertahankan (pola produksi) energi fosil dengan tingkat kekotoran seperti yang lalu. Jadi di masa transisi seperti sekarang ini, dibutuhkan oil and gas tapi harus lebih bersih,” pungkas Marjolijn.