Tanda-tanda Eropa Mulai Resesi, Nilai Tukar 1 Euro Setara 1 Dolar AS
Untuk pertama kalinya, nilai tukar euro mencapai keseimbangan dalam 20 tahun sekaligus menunjukkan tanda-tanda Uni Eropa sedang menuju resesi.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Negara-negara Eropa kini diyakini sedang memasuki fase resesi ekonomi salah satunya ditandai dengan merosotnya nilai tukar euro terhadap dolar Amerika Serikat.
Untuk pertama kalinya, nilai tukar euro mencapai keseimbangan dalam 20 tahun sekaligus menandakan perkiraan pasar bahwa perekonomian Uni Eropa sedang menuju resesi.
Invasi di Uni Eropa ini merup
akan ekses buruk dari invasi Rusia ke Ukraina.
Mengutip data dari Bloomberg, pada Rabu (13/7/2020), 1 euro sama dengan 1 dolar AS. Ini artinya, perusahaan dan konsumen Eropa akan membayar lebih untuk barang dan jasa yang mereka impor.
Sementara, ekspor Eropa langsung menjadi lebih murah di pasar internasional.
Baca juga: Dibayangi Resesi, Euro Turun ke Level Terendah Selama 20 Tahun
Euro telah mengalami penurunan nilai yang dramatis sejak awal Februari ketika nilai tukarnya lebih dari US$ 1,13 per euro.
Pelemahan euro kian dalam di beberapa pekan terakhir karena ketakutan yang menyebar bahwa Rusia, penyedia energi utama UE, akan sepenuhnya memangkas aliran gas sebagai aksi pembalasan atas sanksi Barat.
Sejauh ini, 12 negara Uni Eropa telah mengalami pengurangan total atau sebagian gas Rusia.
Baca juga: Pasar Saham Lesu dan Euro Terjun Bebas di Tengah Kekhawatiran Resesi
Pasokan dari pipa Nord Stream 1 dihentikan awal minggu ini untuk pemeliharaan 10 hari yang direncanakan.
Melansir Reuters, Nord Stream 1 merupakan pipa tunggal terbesar yang membawa gas Rusia ke Jerman. Saat ini, pipa tersebut telah memulai proses pemeliharaan tahunan, dengan aliran gas diperkirakan akan berhenti selama sepuluh hari.
Pipa Nord Stream 1 mengangkut 55 miliar meter kubik (bcm) gas per tahun dari Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik. Pemeliharaan dimulai pada hari Senin (11/7/2022) hingga Kamis (21/7/2022).
Baca juga: Cegah Inflasi di Tengah Memanasnya Sanksi, Kremlin Potong Anggaran Rusia 24 Miliar Euro
Bulan lalu, Rusia memotong aliran gas hingga 40 persen dari total kapasitas pipa, dengan alasan tertundanya pengembalian peralatan yang dilayani oleh Siemens Energy Jerman, di Kanada.
"Mari kita bersiap untuk penghentian total gas Rusia. Sekarang ini adalah opsi yang paling mungkin," kata Bruno Le Maire, Menteri Keuangan Prancis.
Semua mata akan tertuju pada pergerakan euro untuk melihat apakah akhirnya mata uang Eropa ini bakalan jatuh di bawah dolar Amerika. Terakhir kali ini terjadi pada November 2002, ketika euro bernilai US$ 0,99.
Sejak itu, euro menikmati kenaikan yang stabil, mencapai hampir US$ 1,60 pada musim panas 2008, ketika Resesi Hebat mendatangkan malapetaka keuangan di seluruh AS.
Laporan Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Sumber: Kontan