Pengusaha Ini Sulap Lada Belitung Jadi Produk Lebih Bernilai dan Siap Go Global
Faktanya, lada bisa diolah menjadi komoditas turunan yang bernilai jual tinggi, terlebih di Pulau Belitung.
Penulis: Sponsored Content
TRIBUNNEWS.COM - Lada seringkali digunakan sebagai penambah cita rasa nikmatnya makanan. Namun, siapa sangka bahwa tanaman yang mempunyai nama latin Piper nigrum ini menjadi bisa diolah lebih dari sekadar bumbu masakan?
Faktanya, lada bisa diolah menjadi komoditas turunan yang bernilai jual tinggi, terlebih di Pulau Belitung. Pulau Belitung adalah salah satu tempat terbaik di Indonesia untuk mendapatkan rempah yang dijuluki The King of Spices ini.
Setiap tahunnya, para petani di Belitung memproduksi hingga lebih dari 30 ribu ton yang merupakan 30 persen dari total produksi lada di Indonesia.
Melihat potensi tersebut, Yosefin Rosalia Wijaya, seorang pengusaha muda, memutuskan untuk mengembangkan Pepper Secret, usaha pengolahan lada asal Belitung (Lada Muntok) serta berbagai produk turunannya.
“Kami sering liburan ke Belitung. Kami melihat potensinya. Alamnya belitung sangat indah dan mempunyai komoditas lada dari zaman belanda dan kita lihat peluangnya. Banyak sekali yang datang, jadi kami ingin sekali bikin suvenir yang khas dari belitung jadi kita menggunakan lada jadi bahan dasar dan produk produk turunannya,” ujar Yosefin.
Lewat visi dan misinya, Yosefin berhasil meningkatkan nilai jual berbagai varian produk barang konsumen di pasaran dengan berfokus pada kualitas dan penggunaan lada sebagai bahan utama.
“Kami mengolah lada menjadi produk turunannya. Ada sabun, ada lilin, ada body lotion, ada aromatherapy, semuanya dari lada,” ujar Yosefin.
Memanfaatkan lada sebagai bahan yang versatile alias dapat dijadikan berbagai produk bermanfaat, Yosefin melakukan proses produksi yang terstruktur dan tak main-main. Dengan bantuan teknologi, bekerja sama dengan ahli dan petani lokal, Yosefin membuat lada sebagai komoditas utama Belitung untuk jadi lebih bernilai.
“Lada itu kan komunitas khas Bangka Belitung, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, kami naikkan value-nya, kami ekstraksi, kami ambil minyaknya,” ucap Yosefin.
Dalam pengolahannya menjadi produk turunan seperti minyak, lada yang masih berupa daun atau green pepper dibuat menjadi lada hitam dan lada putih melalui proses distilasi. Setelah itu menir lada digiling dan dimasukkan dalam tungku untuk diekstraksi serta diambil dalam bentuk minyak atsiri.
Kemudian, lada yang sudah diekstraksi menjadi minyak dilanjutkan proses pengolahannya di laboratorium, diuji klinis dan disimpan dalam botol yang sudah terstandarisasi.
Nantinya, minyak tersebut diolah di area workshop menjadi produk turunan, seperti balsem, aromatherapy, dan lain-lain.
Bermitra dengan BRI untuk wujudkan visi go global
Dalam menjalankan usahanya, Yosefin tak hanya berfokus pada aspek pengolahan, namun juga bermitra dengan pihak lain. Salah satunya adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Lewat kegiatan yang diadakan oleh BRI, Yosefin bisa mengembangkan bisnisnya menjadi lebih matang dan siap terjun ke pasar global.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan, usaha yang digeluti oleh Yosefin memiliki visi untuk membawa produk lokal yang berpotensi mengalami peningkatan nilai jika diolah secara tepat.
“Saya bersama BRI bermitra karena usaha Ibu Yosefin mengangkat kearifan lokal yang selama ini dibiarkan yang nilainya sangat rendah. Dan dibuat lebih bernilai dan bahkan nilainya hingga ke mancanegara,” ujar Supari.
Yosefin memang memiliki rencana jangka panjang, salah satunya dengan membuat divisi khusus Research and Development atau R&D.
Nantinya, setelah melakukan observasi terhadap produk, akan diteruskan ke divisi R&D untuk dilanjutkan proses kurasi terhadap hasil akhir dan dikenalkan ke pasar yang lebih luas.
“Dengan bantuan BRI, kami dipertemukan dengan buyer yang tepat dengan internasional dan nasional,” ujar Yosefin.
Supari juga menjelaskan, BRI berperan untuk memastikan kebutuhan pasar dengan UMKM bisa sesuai.
“Kalau sudah tahu gap-nya di mana, UMKM dikurasi oleh BRI sampai bisa diterima di pasar global,” ujar Supari.
Setiap tahunnya, lewat program BRILianpreneur, 500 UMKM siap untuk masuk ke pasar global melalui ekspor produk bermitra bersama BRI.
“Para buyer sudah pasti akan beli, sehingga tinggal negosiasi kontinuitas harga dan mekanisme pembayaran, kita pertemukan dalam BRILianpreneur,” lanjutnya.
Tak hanya menjangkau para pembeli baru, Yosefin juga mendapatkan manfaat mengenai berbagai pelatihan untuk meningkatkan produksi lada dan produk turunannya. Bersama BRI dan asosiasi UMKM, Yosefin mendapatkan info pengetahuan terkini, insight tentang pasar, jadwal eksibisi, event, workshop dan pelatihan.
Bermitra dengan asosiasi membuat Yosefin mantap mewujudkan visi Pepper Secret untuk menjangkau pasar global.
Yosefin ingin membawa produk lada untuk menembus pasar internasional lewat berbagai cara yang matang dan terorganisasi pada setiap tahapan produksinya.
“Pasar internasional jadi visi utama kita. Supaya lada tidak hanya dikenal dengan bahan baku saja, tapi juga dikenal dengan bahan turunannya,” tutup Yosefin.
Ingin tahu bagaimana perjalanan Yosefin berinovasi pada pengembangan produk lada hingga memiliki visi ke pasar global? Saksikan kisah lengkapnya di Petualangan Brilian The Series Season 2: Episode 9 yang tayang di kanal YouTube Kompas TV.
Bersama Ramon Y. Tungka, Petualangan Brilian The Series Season 2 menghadirkan berbagai cerita dan pelaku UMKM yang bervisi membangun daerah melalui gagasan bisnisnya, serta membagikan pengalaman suksesnya dalam mengembangkan potensi komoditas nusantara, seperti yang dilakukan Yosefin dengan Pepper Secret-nya.