Respon 2 Bank Besar Setelah Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 3,75 Persen
Dua bank besar yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan Bank Central Asia Tbk (BCA) merespon kenaikan tersebut.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen pada Selasa (23/8/2022).
Dua bank besar yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan Bank Central Asia Tbk (BCA) merespon kenaikan tersebut.
Bank Mandiri menganggap keputusan BI menaikkan suku bunga acuan tersebut sebagai kebijakan antisipatif terhadap potensi inflasi ke depan.
Sementara BCA akan mengkaji dampak kenaikan suku bunga BI 7-days Reverse Repo Rate.
Baca juga: Bank Indonesia Akhirnya Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 3,75 Persen
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi AS Aturridha mengatakan, kenaikan suku bunga acuan ini diharapkan dapat menjaga stabilitas makroekonomi agar tetap terkendali hingga akhir tahun.
"Kami melihat kebijakan tersebut juga telah diantisipasi oleh pasar sehingga kami optimis Indonesia masih berada pada tren pemulihan ekonomi," ujar Rudi AS Aturridha kepada Kontan.co.id.
Lanjutnya, dengan kondisi perekonomian domestik yang masih kuat, Bank Mandiri perkirakan pertumbuhan kredit juga tetap baik di tahun ini.
Ia menyebut pertumbuhan ini utamanya terjadi pada sektor-sektor yang prospektif seperti telekomunikasi dan jasa kesehatan.
Sedangkan penyaluran kredit Bank Mandiri secara konsolidasi tumbuh 12,22 persen year on year (yoy) menjadi Rp 1.138,31 triliun di paruh pertama 2022. Hingga akhir tahun, Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan kredit 8% hingga 11% yoy.
Sementara Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menyatakan juga akan menyiapkan strategi yang tepat terkait langkah yang ditempuh bank sentral tersebut.
Menurutnya, hal ini dilakukan guna memberikan nilai tambah dan layanan yang optimal bagi segenap nasabah dan masyarakat.
Ia menyatakan BCA sebagai perbankan nasional pada prinsipnya berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan.
"Di tengah situasi inflasi dan mayoritas pengetatan kebijakan moneter secara global, menurut kami Bank Indonesia telah mengambil keputusan mengacu pada pertimbangan fundamental ekonomi dalam rangka mendukung stabilitas dan memperkuat pemulihan perekonomian nasional," ujarnya kepada Kontan.co.id pada Selasa (23/8).
Adapun total kredit BCA naik 13,8% yoy menjadi Rp 675,4 triliun per semester I 2022. BCA optimis kredit bisa naik 8% hingga 10% di sepanjang tahun ini.
Baca juga: Dua Perusahaan Jepang Berebut Dapatkan Bank Panin
Sedangkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan Perry menambahkan, meski terjadi kenaikan BI Rate 25 bps, ia optimis penyaluran kredit masih akan terus meningkat. Sebab, penawaran dan permintaan kredit masih kuat.
Kredit perbankan dipengaruhi penawaran dan permintaan, saya lihat dari penawaran perbankan itu memang salah satunya dari suku bunga kredit, tapi bukan satu-satunya faktor. Tapi faktor lain adalah likuiditas tecermin rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 27,92%, sehingga penawaran bank tinggi,” tambahnya.
Faktor lain, lending standard (risk appetite) atau keinginan bank salurkan kredit terus naik. Ketiga, inisiatif dari pemerintah dan regulator terus bergulir. Misalnya, pemerintah melalui kredit usaha rakyat (KUR), subsidi bunga.
BI memberikan kasih insentif 46 sektor prioritas dan UMKM, bisa pelonggaran GWM turun sampai 1,5% per 1 September mendatang. Lalu dari OJK masih berlaku insentif restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.
Baca juga: The Fed Isyaratkan Kenaikan Suku Bunga Acuan 50 Bps di Pertemuan September
“Dari sisi permintaan, kami kinerja korporasi dan rumah tangga. Sebagian besar korporasi itu itu sudah jauh membaik, korporasi penjualannya cukup tinggi. Bahkan ada rencana peningkatan belanja modal terus naik," kata dia.
"Walau masih ada sektor yang baru tumbuh yg dipengaruhi mobilitas seperti perhotelan dan transportasi, tapi sektor lain seperti ekspor, makanan dan minuman, dan perdagangan sudah cukup membaik. Begitupun permintaan kredit UMKM terus meningkat,” jelasnya.
Ia mengaku dari permintaan dan penawaran ini masih tinggi. Ini pulalah yang mendorong kredit perbankan naik 10,71% per Juli 2022. Pertumbuhan ini terjadi seluruh jenis investasi, modal kerja, dan konsumsi dan hampir seluruh sektor.
BI pun mengerek target kredit perbankan jadi lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal tahun menjadi 9% hingga 11%. Semula, bank sentral memasang outlook pertumbuhan kredit tumbuh 6% hingga 8% di sepanjang 2022. (Kontan/Maizal Walfajri/Tendi Mahadi)