Dibayangi Pemangkasan Pasokan OPEC+, Harga Minyak Mentah Melonjak Lebih dari 3 Persen
Para anggota OPEC+ sepakat mengurangi produksi sebesar 100.000 barel per hari selama pengiriman di bulan Oktober
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, HOUSTON – Rencana pemangkasan pasokan minyak yang dilakukan negara-negara pengekspor minyak bumi yang tergabung dalam organisasi OPEC+, telah membuat harga minyak mentah di pasar global melonjak naik lebih 3 persen pada perdagangan Senin (5/9/2022).
Dimana pada penutupan pasar pada hari Senin, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik 3,43 dolar AS menjadi 96,45 dolar AS per barel.
Sementara untuk minyak mentah West Texas Intermediate AS melonjak sebanyak 2,94 dolar AS atau 3,4 persen, menjadi 89,87 dolar AS per barel. Naik drastis apabila dibandingkan dengan harga minyak di sesi sebelumnya, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Brent Kembali Anjlok 0,7 Persen di Tengah Perlambatan Ekonomi
Kenaikan harga ini terjadi imbas adanya kekhawatiran investor akan ancaman sikap hawkish The Fed, usai pekan lalu ketua The Fed Jerome Powell menyerukan kenaikan suku bunga yang berlanjut.
Meskipun sikap hawkish yang dilakukan bank sentral AS ini diklaim dapat mencegah laju inflasi. Namun akibat kenaikan suku bunga tersebut membuat nilai dolar naik melonjak ke level tertinggi hingga para investor yang melakukan pembayaran di luar mata uang dolar AS merasa tertekan.
Selain itu adanya penyusutan permintaan impor minyak dari para pabrik otomotif di China, akibat pembatasan wilayah yang dilakukan pemerintah Beijing imbas melonjaknya kasus Covid-19 juga menjadi faktor pendorong para anggota OPEC+ sepakat mengurangi produksi sebesar 100.000 barel per hari selama pengiriman di bulan Oktober.
Langkah ini diambil OPEC+ untuk mempertahankan harga, meskipun permintaan minyak tengah menurun. Mengingat beberapa minggu terakhir harga minyak tersungkur jatuh hingga OPEC+ membukukan kerugian.
"OPEC+ kemungkinan besar akan menjaga produksi cukup ketat untuk mempertahankan harga minyak di tengah gangguan permintaan yang dipicu oleh penguncian baru di beberapa bagian China," kata Tina Teng, Analis di CMC Markets.
Baca juga: Uni Eropa Desak China dan India Dukung Pembatasan Harga Minyak Rusia
Sementara itu, Iran mengatakan bahwa pihaknya telah mengirim tanggapan konstruktif terhadap proposal AS yang bertujuan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran 2015. Meski hingga kini gedung putih masih menunjukan sikap negatif terkait pengajuan ini.
Akan tetapi hal tersebut tak menyurutkan semangat Iran untuk terus melobi AS menyetujui perjanjian nuklir Teheran, menurut pemerintah Iran kesepakatan ini dapat membuat produksi minyak Iran untuk importir dunia meningkat.
Sehingga kestabilan harga minyak dapat dicapai meski saat ini pasar global tengah terancam krisis pasokan energi.