Sektor Transportasi Tertekan, Apa Saja yang Diuntungkan Dari Kenaikan Harga BBM Bersubsidi?
Para analis saham memprediksi harga baru BBM bersubsidi ini menjadi penggerak utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menekan sejumlah sektor.
Sektor transportasi menjadi wilayah yang paling terdampak langsung dengan kebijakan pemerintah tersebut.
Para analis saham memprediksi harga baru BBM bersubsidi ini menjadi penggerak utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Meskipun akan ada yang dirugikan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi, namun ada juga yang diuntungkan dengan kebijakan Jokowi tersebut.
Melansir Kompas.com, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian mengatakan, emiten sektor transportasi akan menghadapi kenaikan BBM secara langsung. Sektor tersebut diprediksi terpengaruh signifikan.
Baca juga: Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Tekan Harga Saham, Analis Pesimists IHSG Hari Ini di Zona Hijau
"Mereka paling tidak menghadapi jual beli minyak untuk industri juga sudah naik sejak kemarin," ujar dia, dalam sebuah diskusi virtual, dikutip Senin (5/9/2022).
Sementara, mengutip Kontan.co.id, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, emiten di sektor transportasi, manufaktur, dan consumer good akan dirugikan dari kenaikan harga bahan bakar minyak.
Hal ini terkait naiknya harga atau ongkos produksi. Di sisi lain, daya beli masyarakat juga ikut menurun.
Sektor yang diuntungkan
Di sisi lain, Fakhrul berpendapat, harga BBM yang lebih tinggi diproyeksi mampu semakin meningkatkan kinerja emiten sektor energi, yang sejak awal tahun terus menguat.
Adapun sejak awal tahun ini, indeks saham sektor energi telah menguat 68,2 persen, ditopang oleh lonjakan harga komoditas global.
"Sebenarnya very clear pemenangnya siapa. Secara year to date yang naik paling kencang masih sektor energi," kata Fakhrul.
Baca juga: Sempat Diprediksi Menurun, IHSG Senin Pagi Justru Perkasa, Naik 0,12 Persen ke Level 7.185
Lebih lanjut dia bilang, biasanya pasar konservatif melihat kenaikan harga BBM akan berdampak langsung pada turunnya daya beli masyarakat.
"Akan tetapi, fakta lainnya adalah ketika harga BBM naik sebenarnya perekonomian masyarakat di luar Jawa yang terutama itu mendapatkan pendapatan dari sawit dan juga batu bara itu cenderung terus tinggi," ujar dia.
"Dan itu sebetulnya kalau kita lihat income orang di luar Jawa secara relatif tumbuh lebih tinggi dari pada di Jawa," tambahnya.
Sedangkan wawan berpendapat, di tengah kenaikan harga BBM, investor bisa mencermati saham sektor komoditas yang masih sangat menguntungkan.
“Demikian juga dengan sektor telekomunikasi dan keuangan,” jelas Wawan
Pada Senin kemarin, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) memimpin kenaikan 10,73 persen ke level Rp 980 per saham.
Menyusul Medco, harga saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) menguat 5,78 persen menjadi Rp 366 per saham, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) terkerek 5,56% ke Rp 950, dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 3,79% menjadi Rp 274 per saham. Ada juga PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) positif 3,91% ke Rp 1.195 dan PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 3,14% menjadi Rp 328 per saham.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, kenaikan harga saham-saham tersebut sejalan dengan meningkatnya harga komoditas energi.
Rebound pada harga minyak terjadi seiring dengan adanya pertemuan OPEC+ pada pekan ini yang akan membahas kemungkinan pemangkasan produksi minyak.
Sementara itu, harga gas naik karena Rusia menghentikan suplai gasnya ke Eropa sampai dengan waktu yang belum ditentukan. Hal ini diketahui sebagai balasan Rusia atas sanksi Eropa terhadap Rusia dan adanya kendala teknis pada pipa Gazprom.
Cheril memprediksi, saham-saham komoditas energi masih prospektif. "Pasalnya, permintaan energi menjelang akhir tahun akan melonjak akibat musim dingin di negara empat musim.
Terlebih lagi, di China juga ada badai kemarau yang berkepanjangan," kata Cheril saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (5/9).
Cheril menyarankan pelaku pasar untuk memperhatikan MEDC dan ENRG.
Keduanya dipilih karena mencatatkan lonjakan laba yang signifikan dan harga minyak sudah naik 29% secara tahunan, sedangkan pendapatan perusahaan ini berdasarkan kontrak tahunan 3-4 tahun.
"Alhasil, harga minyak yang saat ini naik menjanjikan keuntungan bagi emiten di masa depan," ucap Cheril. Dia merekomendasikan buy MEDC dengan harga Rp 1.050 per saham dan buy ENRG dengan target harga Rp 300 per saham. .(Kompas.com/Akhmad Suryahadi/Kontan/Barratut Taqiyyah Rafie/Nur Qolbi/Wahyu T.Rahmawati/Herlina Kartika Dewi)