Minyak Dunia Anjlok Jadi 85,33 Dolar AS Per Barel, Ini Sejumlah Penyebabnya
harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terkoreksi 1,8 persen atau 1,55 dolar AS menjadi 85,33 dolar AS per barel.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Harga minyak jatuh pada perdagangan hari ini, Rabu (7/9/2022), karena pembatasan Covid-19 yang diterapkan China dan ekspektasi kenaikan suku bunga yang memicu kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi.
DIkutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 1,35 dolar AS atau 1,5 persen menjadi 91,48 dolar AS per barel pada pukul 04:20 GMT.
Sebelumnya harga Brent telah jatuh 3 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terkoreksi 1,8 persen atau 1,55 dolar AS menjadi 85,33 dolar AS per barel.
Baca juga: Pemerintah Naikkan Harga BBM di Tengah Tren Penurunan Harga Minyak Dunia, Ini Penjelasan Sri Mulyani
Harga minyak memangkas kenaikan kuat yang dibuat pada hari Senin (5/9/2022) lalu setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, mengurangi produksi minyak sebesar 100.000 barel per hari pada bulan Oktober.
"Memudar pemantulan pemotongan produksi OPEC+ tidak terlalu sulit dilakukan mengingat daftar tantangan ekonomi global. Meskipun beberapa data layanan AS lebih baik dari perkiraan, pertumbuhan global tidak terlihat bagus sama sekali dan itu adalah masalah untuk harga minyak mentah," kata analis pasar senior di perusahaan valuta asing OANDA, Edward Moya.
Seorang analis di perusahaan jasa keuangan CMC Markets, Tina Teng mengatakan nilai dolar AS yang kuat, kenaikan suku bunga yang agresif, lonjakan imbal hasil obligasi, dan perlambatan pertumbuhan China merupakan faktor yang menekan harga minyak.
"Singkatnya, pasar berjangka minyak menilai 'stagflasi' dalam ekonomi global," tambah Teng.
Baca juga: Harga Minyak WTI dan Brent Merosot, Turun ke Posisi Terendah Selama 2022
Kebijakan nol-Covid yang ketat di China membuat kota-kota seperti Chengdu, yang memiliki 21,2 juta penduduk, terkunci.
Kebijakan ini telah membatasi pergerakan penduduk dan permintaan minyak di China sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia.
Impor minyak mentah China turun 9,4 persen pada bulan Agustus, menurut data bea cukai yang dirilis hari ini. Penurunan ini disebabkan adanya pemadaman di kilang minyak yang dikelola negara dan rendahnya operasi pabrik di tengah lemahnya laba yang membatasi pembelian minyak.
Investor juga mengamati kenaikan suku bunga lebih lanjut. Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Kamis (8/9/2022) besok.
Setelah pertemuan ECB, giliran Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) yang akan mengadakan pertemuan pada 21 September.
Dolar AS mencapai rekor tertinggi dalam 24 tahun terakhir terhadap yen dan mencapai level tertinggi baru terhadap dolar Australia dan Selandia Baru hari ini, setelah data ekonomi AS memperkuat pandangan bahwa The Fed akan melanjutkan pengetatan kebijakan moneter.
Di sisi pasokan, persediaan minyak mentah di Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS turun 7,5 juta barel dalam seminggu hingga 2 September, menjadi 442,5 juta barel, terendah sejak tahun 1984, menurut data dari Departemen Energi AS.
Laporan persediaan pasokan minyak mingguan AS dari American Petroleum Institute dan Energy Information Administration masing-masing akan dirilis hari ini dan Kamis besok.