Analis Perkirakan Bank Sentral AS Naikkan Suku Bunga hingga 75 Bps di September
Sementara dalam Beige book The Fed yang disampaikan kemarin, aktivitas perekonomian masih belum banyak berubah dan masih tetap seimbang.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed masih akan menaikkan tingkat suku bunga dengan minimal kenaikkan sebesar 50 basis poin (bps).
Namun, tidak menutup kemungkinan akan menaikkan hingga 75 bps pada rapat di 20 sampai 21 November 2022 karena The Fed sendiri tampaknya sudah tidak peduli lagi terhadap pertumbuhan ekonomi yang mulai terlihat melemah.
"Sebab, yang ada di dalam hati mereka hanyalah inflasi terkendali," ujar Nico dalam risetnya, Kamis (8/9/2022).
Baca juga: Cegah Krisis Likuiditas, Perbankan di Singapura Kompak Naikkan Suku Bunga Deposito
Sementara dalam Beige book The Fed yang disampaikan kemarin, aktivitas perekonomian masih belum banyak berubah dan masih tetap seimbang.
"Lima daerah menunjukkan sedikit pertumbuhan aktivitas, dan lima daerah lainnnya berada dalam posisi sedang. Sebagian besar daerah, melaporkan pembelanjaan konsumen yang stabil karena rumah tangga terus mengurangi dan mengalihkan pembelanjaan, dari barang barang premier menjadi barang pokok seperti makanan dan barang penting lainnya," katanya.
Kemudian, aktivitas manufaktur sendiri tetap tumbuh di beberapa daerah, meskipun ada juga mengalami penurunan akibat gangguan rantai pasokan dan kekurangan tenaga kerja yang menghambat kapasitas produksi.
Selain itu, mengenai sektor perumahan, ini juga mulai mengalami pelemahan karena penjualan rumah turun hampir di 12 distrik, dan konstruksi perumahan masih terkendala oleh kurangnya input.
Nico mengungkapkan, meskipun sektor perumahan mengalami penurunan, permintaan energi tetap kuat, namun produksi tetap di batasi oleh hambatan ketersediaan pasokan untuk beberapa komponen yang penting.
"Alhasil, dengan adanya beberapa proyeksi tersebut, secara keseluruhan prospek pertumbuhan ekonomi ke depannya masih lemah untuk saat ini," pungkasnya.