AS Masih Dihantui Melonjaknya Inflasi, The Fed Diperkirakan Bakal Bertindak Lebih Eskstrim
Kenaikan sewa cenderung dikunci untuk jangka waktu 12 bulan, ia melihat kenaikan suku bunga The Fed tidak dapat dengan cepat membawa perlindungan.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Meski suku bunga acuan telah dinaikkan beberapa kali, Amerika Serikat (AS) nampaknya masih dihantui dengan kenaikan inflasi.
Data inflasi AS yang dikeluarkan pada Selasa (13/9/2022) memproyeksikan masih bakal terjadi peningkatan inflasi.
Karenanya, bank sentral AS atau The Fed diperkirakan bakal membendungnya dengan kembali manaikkan biaya pinjaman bank lebih tinggi lagi dalam waktu secepatnya.
Rabu (14/9), Departemen Tenaga Kerja AS merilis, harga konsumen naik 0,1 persen secara bulanan di bulan Agustus lalu.
Padahal, para ekonom memperkirakan terjadi penurunan dan inflasi tahunan bertengger di level 8,3 persen.
Baca juga: Inflasi Amerika Melesat di Atas Ekspektasi, Memperkuat Peluang The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan
Data juga menunjukkan percepatan inflasi dalam layanan dan kenaikan yang mengkhawatirkan dalam biaya sewa sehingga membuat pekerjaan The Fed untuk memerangi inflasi semakin sulit Ron Temple, Direktur Pelaksana di Lazard Asset Management mengatakan, kunci utama untuk menjinakkan inflasi adalah menutup kenaikan biaya tempat tinggal.
Tetapi, karena kenaikan sewa cenderung dikunci untuk jangka waktu 12 bulan, ia melihat kenaikan suku bunga The Fed tidak dapat dengan cepat membawa perlindungan.
Ketua Fed Jerome Powell dan rekan-rekannya telah menaikkan biaya pinjaman lebih cepat di tahun ini daripada tahun-tahun sebelumnya untuk melawan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade.
Setelah laporan tersebut, pedagang berjangka mengesampingkan prediksi bahwa The Fed bakal memperlambat laju kenaikan suku bunga ketika pertemuan di minggu depan.
Sebaliknya, kini pelaku pasar bertaruh pada kenaikan suku bunga 75 basis poin ketiga secara berturut-turut yang akan mengangkat kisaran suku bunga kebijakan The Fed saat ini 2,25 persen-2,5% menjadi 3%-3,25%.
Selain itu The Fed akan mulai menetapkan suku bunga tertinggi di awal tahun depan sebesar 4,25%-4,5%.
"Pasar kurang menghargai betapa mengakarnya inflasi AS dan besarnya respons yang kemungkinan akan diperlukan dari The Fed untuk mengusirnya," tulis ekonom Nomura dalam sebuah catatan di mana mereka juga memperkirakan The Fed perlu menaikkan suku bunga kebijakannya menjadi 4,5 %-4,75% pada bulan Februari mendatang.
Baca juga: Dolar Menguat ke Rekor Baru, Terkerek Naiknya Suku Bunga The Fed
Meskipun ada penurunan harga untuk beberapa item, seperti tiket pesawat, data CPI Agustus menghancurkan harapan pembuat kebijakan The Fed untuk awal kemunduran yang lebih luas.
Harga mobil baru dan perabot rumah tangga naik, seperti halnya harga makanan, sementara harga inti melonjak 0,6% pada Agustus dari Juli, dua kali lipat dari perkiraan analis yang disurvei oleh Reuters. I
tu menempatkan kenaikan tahunan dalam harga inti di level 6,3%, melonjak dari 5,9% pada bulan Juli.
“Ini lebih buruk dari yang diharapkan; itu tentu saja meningkatkan tekad The Fed untuk tetap hawkish," tulis Roberto Perli, seorang ekonom di Piper Sandler. (Anna Suci Perwitasari/Adrianus Octaviano)