IHSG Kemarin Pecahkan Rekor Baru, Hari Ini Bagaimana?
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (13/9/2022) berhasil memecahkan rekor sepanjang masa.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (13/9/2022) berhasil memecahkan rekor sepanjang masa.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tembus ke 7.318,01 setelah mengalami kenaikan sebesar 0,88 persen.
Perdagangan hari Rabu (14/9/2022) ini diperkirakan berpeluang kembali mengikuti hari sebelumnya.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata memperkirakan area resistance IHSG ada di 7.345-7.355.
Jika level all time high ini mampu dilalui, maka kemungkinan besar IHSG menapaki tren naik menuju ke area 7.600-7.700.
Baca juga: Penguatan Sudah Relatif Terbatas, Pergerakan IHSG Hari Ini Rawan Mengalami Koreksi
Meski begitu, Liza punya catatan. Pasalnya, sentimen regional hari ini tidak secerah kemarin.
Contohnya, indeks Dow Jones yang terjungkal 1.200 poin seiring angka inflasi Amerika Serikat (AS) bulan Agustus sebesar 8,3%, lebih tinggi dari ekspektasi ekonom di 8,1% maupun prediksi pemerintah AS di 8%.
Kondisi ini kembali menumbuhkan proyeksi hawkish The Fed pada FOMC meeting yang dijadwalkan berlangsung pada 20-21 September mendatang.
Kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin kembali membayangi. Liza pun menaksir support IHSG hari ini akan berada di 7.280-7.240.
Sekalipun nantinya berdampak terhadap IHSG hingga mundur ke level 7.240, Liza memperkirakan kondisi itu belum merusak tren naik yang sudah terbangun. "Namun agar lebih aman, sebaiknya average up pada portofolio dilakukan secara bertahap," kata Liza kepada Kontan.co.id, Rabu (14/9).
Saran Liza, trading bisa dilakukan pada sektor komoditas dan pertambangan yang masih terpapar angin segar dari kebangkitan harga komoditas global. Seperti pada CPO, timah, batubara, nikel, dan minyak mentah.
Sektor Teknologi Mulai Bertaji
Berkaca dari perdagangan hari kemarin, sektor teknologi sempat bertaji, meski masih dalam rentang yang relatif terbatas di awal pekan ini.
Namun, IDX Teknologi kembali koreksi pada perdagangan Selasa (13/9) dan menjadi penahan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Asal tahu saja, IDX Teknologi menjadi sektor dengan pelemahan terdalam setelah turun 0,6% di perdagangan kemarin.
Baca juga: Ikuti Bursa Asia-Pasifik, IHSG Pagi Ini Terkerek 0,52 Persen ke Level 7.292
Secara year to date (YtD), IDX Teknologi masih menjadi sektor dengan penurunan paling tajam di antara seluruh sektoral.
Sejalan dengan itu, sejumlah saham teknologi berkapitalisasi jumbo masih menjadi penekan indeks dengan pergerakan yang cenderung negatif (laggard).
Contohnya adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, sektor teknologi tertekan di tahun ini seiring dengan langkah pengetatan moneter oleh bank sentral di berbagai negara.
Kondisi ini berpotensi mempersulit para emiten memperoleh dana murah untuk membangun ekosistem seperti yang telah dilakukan selama ini.
Aksi "bakar duit" akan cenderung lebih terbatas karena sedang berhadapan dengan potensi kenaikan beban dan menurunnya daya beli masyarakat.
Baca juga: Prediksi IHSG Hari Ini Bakalan Cerah, Sektor Energi Bakalan Jadi Sorotan
Dalam kondisi ini, promosi yang dilakukan pun cenderung tidak dapat terserap secara optimal.
"Pasar memproyeksikan potensi penurunan kinerja pada sektor ini, sehingga cenderung melakukan shifting ke sektor yang lebih aman," terang Pandhu kepada Kontan.co.id, Senin (12/9).
Momentum pada saham-saham di sektor teknologi seperti GOTO, BUKA, dan EMTK dinilai masih relatif lemah. Gerak sahamnya mulai mendekati support.
"Sementara masih cenderung wait and see dulu di kisaran support masing-masing, tunggu ada pergerakan," saran Pandhu.
Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mengamini, faktor penekan sektor teknologi sejak awal tahun ini antara lain disebabkan oleh tren kenaikan suku bunga.
Selain itu, ada rotasi sektoral, terutama ke sektor berbasis komoditas.
Baca juga: Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Tekan Harga Saham, Analis Pesimists IHSG Hari Ini di Zona Hijau
Dalam kondisi sekarang ini, kinerja emiten pun cenderung hanya menjadi sentimen jangka pendek saja.
Jimmy memperkirakan, sampai akhir tahun nanti kinerja sektor teknologi cenderung akan sideways.
"Terutama setelah adanya sinyal hawkish dari The Fed yang akan mempertahankan tren suku bunga tinggi untuk periode yang cukup panjang," ujar Jimmy.
Menimbang sentimen yang kurang baik untuk sektor teknologi dalam jangka pendek, Jimmy melirik BUKA masih layak dikoleksi untuk jangka panjang dengan target ke level Rp 750.
"Laporan kinerja emiten di Kuartal II cukup baik, serta runway yang cukup panjang sehingga terhindar dari issue challenge di raising capital untuk waktu dekat," sebut Jimmy.
Baca juga: Prediksi IHSG Hari Ini Bakalan Cerah, Sektor Energi Bakalan Jadi Sorotan
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Farras Farhan juga menjagokan BUKA untuk dapat dilirik sebagai pilihan investasi.
Tapi, Farras turut memberikan catatan, sentimen sideways masih membayangi sektor teknologi.
"Investor masih lebih prefer untuk commodity dan energy play serta adanya potensi peningkatan inflasi berpengaruh terhadap buying power investor," jelas Farras.
Dia pun kemudian menyoroti prospek kinerja GOTO, terutama setelah keputusan pemerintah yang menaikkan tarif ojek online (ojol) mulai Minggu (11/9) lalu.
Farras melihat, kenaikan tarif ojol berpotensi memberikan dampak pada penurunan transaksi pelanggan kepada on demand service GOTO.
Hanya saja, layanan on demand sudah menjadi bagian integral konsumsi masyarakat, sehingga penurunan transaksi diperkirakan tidak signifikan.
"Namun perlu diperhatikan juga adanya peraturan baru dimana GOTO dan Grab hanya bisa mengambil 15% komisi dari setiap transaksi, yang mengartikan ada potensi penurunan take rate," terang Farras.
Terhadap saham GOTO, Farras pun masih memberikan rekomendasi hold. Adapun hingga akhir sesi pertama hari ini, saham GOTO stagnan di level Rp 278 setelah sempat menyentuh Rp 284 di awal perdagangan. (Ridwan Nanda Mulyana/Wahyu T.Rahmawati)