Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Faktor Eksternal dan Internal Kuat, Menko Airlangga: Indonesia Tidak Termasuk Negara Rentan Keuangan

Menurut Airlangga Hartarto, faktor eksternal dan internal mampu menopang pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi krisis global

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Faktor Eksternal dan Internal Kuat, Menko Airlangga: Indonesia Tidak Termasuk Negara Rentan Keuangan
Screenshot
Menteri Perekonomian, Airlangga Hartarto pada konferensi pers sidang kabinet paripurna di Jakarta, Selasa (11/10/2022). Airlangga Hartarto mengatakan, fundamental perekonomian Indonesia mampu memperlihatkan kinerja yang tetap impresif.  

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, fundamental perekonomian Indonesia mampu memperlihatkan kinerja yang tetap impresif. 

Menurut Airlangga Hartarto, faktor eksternal dan internal mampu menopang pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi krisis global. 

“Indonesia faktor eksternalnya masih sangat kuat. Sehingga Indonesia tidak termasuk dalam negara yang rentan terhadap masalah keuangan, dari internal ekonomi kita kuat karena kita punya domestic market,” kata Menko Airlangga, Rabu (12/10/2022).

Baca juga: Menko Airlangga: Ekonomi Dunia Masih Dihadapkan oleh The Perfect Storm

“Sekarang konsumsi turut menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi, terlebih diprediksi di tahun depan pun pertumbuhan ekonomi kita diantara 4,8–5,2 persen,” sambungnya.

Airlangga menekankan meskibnilai tukar rupiah depresiasi hingga 6 persen, namun itu masih lebih kuat dibandingkan pelemahan mata uang negara-negara lain.

Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat menegaskan walaupun rupiah turun juga terhadap dollar, tetapi dibandingkan mata uang lain pelemahan rupiah tidak parah. 

Berita Rekomendasi

“Jika dibandingkan pound turunnya sampai 50 persen, Euro 30 persen, kita cuma 6 persen, jelas Teguh.

Salah satu faktornya adalah Bank Indonesia (BI) yang belum agresif menaikkan suku bunga acuan, jika dibandingkan Amerika maupun Eropa. BI menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi dan stabilisasi nilai tukar rupiah. 

Teguh mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat impresif dan tangguh menghadapi ancaman resesi. Terlebih jika dibandingkan dengan negara negara Eropa yang mengalami krisis energi karena perang Rusia-Ukraina.

“Sebaliknya kita diuntungkan karena krisis energi. Kita eksportir batubara. Di Indonesia kita diuntungkan nilai ekspor, neraca perdagangan surplus, alhasil pertumbuhan ekonomi kuat, dan rupiah kuat terhadap dollar,” ungkap Teguh.

Baca juga: Tak Bisa Sendirian, Airlangga Hartarto Tegaskan Penanganan Krisis Global Harus Bergotong-royong

Namun disebutkan Teguh, keuntungan Indonesia dari komoditas termasuk sektor energi membuat Indonesia tangguh di tengah tantangan global. 

Kemudian kondisi pasar saham juga disebut Teguh masih menarik. “Secara fundamental tidak masalah kalau IHSG turun, karena dihitung dari awal 2022 kita masih naik 5-6 persen, sementara yang lain seperti Thailand Singapura sudah minus,” jelas Teguh.

Kalaupun IHSG turun, kata Teguh, ada faktor psikologis yang mempengaruhi atas berita-berita yang beredar tentang resesi 2023.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas