Eropa Krisis Energi, Inggris Bangun Pembangkit Listrik di Antariksa
Kondisi ini yang mendorong sejumlah negara di kawasan Uni Eropa mencari alternatif baru untuk memenuhi kebutuhan listriknya
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Pemerintah Inggris dilaporkan tengah mengadakan pembicaraan dengan Australia untuk membangun pembangkit listrik di luar angkasa, terobosan baru ini dibuat setelah Eropa mengalami krisis energi akibat pemutusan gas Rusia.
Pembatasan pasokan energi yang dilakukan Rusia awalnya dilakukan sebagai bentuk balasan sanksi kepada Barat yang telah mengutuk invasinya ke Ukraina, namun tindakan tersebut justru memicu munculnya krisis energi yang kian memburuk di zona Euro.
Kondisi ini yang mendorong sejumlah negara di kawasan Uni Eropa mencari alternatif baru untuk memenuhi kebutuhan listriknya, tak terkecuali Inggris.
Baca juga: Krisis Energi, Perusahaan Milik Pemerintah Jerman Uniper Batasi Penggunaan Listrik di Kantor
Bahkan imbas dari krisis pasokan gas dan listrik kini harga energi yang dipasarkan di Inggris melonjak sebesar 80 persen. Melesat ke level tertinggi hingga harganya naik menjadi 623 euro per MW/jam
Khawatir kondisi tersebut makin memukul ekonomi Inggris, membuat otoritas setempat akhirnya menggagas ide baru untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya di antariksa.
Nantinya satelit yang berputar di luar angkasa akan mengumpulkan sinar Matahari yang kemudian diubah menjadi tenaga dan dikirimkan ke Bumi untuk menjadi sumber listrik nasional, seperti yang dikutip dari Daily Star.
Dengan menjadi mandiri, Inggris dan Australia berharap agar negaranya tidak lagi mengalami krisis energi, karena mereka dapat menurunkan harga energi yang akan dipasok kepada konsumen.
“Dengan kemampuan untuk menghasilkan energi mereka sendiri, Inggris dan Australia dapat menggunakan jaringan listrik untuk mengevaluasi energi mereka bagi konsumen,” kata insinyur Australia yang berbasis di London James Bunn.
Rencana kerjasama ini akan dilakukan dengan menggandeng perusahaan konsultan internasional Frazer-Nash.
Baca juga: Presidensi G20 Indonesia, Himpuni Dorong Percepatan Transisi Energi Berkelanjutan
Meski hingga kini pemerintah Inggris belum memberikan lampu hijau, namun dengan langkah tersebut Inggris dan Australia mengklaim bahwa langkah keduanya dapat memacu peningkatan produksi listrik sekaligus mencapai emisi nol bersih.
Sebelum Inggris meluncurkan inovasi ini, pada Juli lalu Rusia dilaporkan telah mengumumkan rincian rencananya untuk membangun stasiun luar angkasa sendiri.
Namun skema tersebut terpaksa dihentikan karena Rusia memutus kerjasama dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mulai 2024 mendatang.