Energi Panas Bumi Dinilai Bisa Menjadi Katalis Dekarbonisasi
Pertamina Geothermal berupaya untuk memanfaatkan energi panas bumi tidak sekadar untuk kebutuhan ketenagalistrikan.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), bagian dari Subholding Pertamina Power & New Renewable Energy (PNRE), berupaya untuk memanfaatkan energi panas bumi tidak sekadar untuk kebutuhan ketenagalistrikan.
Hal itu ditegaskan Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto dalam dalam Acara Singapore International Energy Week (SIEW) 2022 yang digelar Singapore Energy Market Authority (EMA), Jumat (28/10/2022).
Menurut Ahmad, banyak hal yang dari energi panas bumi yang bisa dimanfaatkan lebih dari listrik, seperti menghasilkan green hydrogen dan green ammonia sehingga menghasilkan energi yang lebih bersih.
Baca juga: Teknologi Ecolab Mampu Hemat 2.4 Miliar Dolar AS di Pembangkit Geothermal Berkapasitas 85 MW
Di kalangan praktisi industri energi, pemanfaatan ini disebut sebagai pemanfaatan langsung energi panas bumi.
Ahmad menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik panas bumi salah satu terbesar di dunia dan memiliki kapasitas terpasang sekitar 10 persen dari potensi energi panas bumi yang ada, dan ini merupakan potensi yang sangat besar kedepannya.
“Saat ini kita telah memiliki momentum transisi energi dan itu akan menjadikan para pemangku kepentingan mendukung pengembangan energi baru terbarukan yaitu panas bumi yang merupakan energi yang ramah lingkungan dan merupakan salah satu komponen penting dalam sistem energi baru yang berkelanjutan,” kata Ahmad.
Pria yang akrab disapa AY ini meyakini PGE di masa depan akan menjadi pengembang panas bumi yang terbesar.
Di masa depan PGE akan menjadi katalis Dekarbonisasi.
“PGE sedang mempersiapkan dan menciptakan nilai yang lebih besar dari panas bumi itu sendiri, misalnya dalam pengembangan green hydrogen dan green ammonia,” ujar AY.
PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang sebesar +1,8GW.
Sebanyak 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE dan 1.205 MW dikelola dengan skenario Kontrak Operasi Bersama.
Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkonstribusi sebesar 82 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun.
Chief Executive Energy Market Authority (EMA) Singapore Ngiam Shih Chun menyatakan Singapura berencana untuk berinvestasi lebih banyak dalam membangun energi hijau yang baru.
Perubahan iklim yang terjadi memberikan ancaman sekaligus peluang yang baru terkait keberlanjutan.
“Kami tertarik dengan energi panas bumi dan juga telah mengerahkan lebih banyak upaya menggali potensi panas bumi di Singapura,” kata Shih Chun.