Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Kedelai Naik, Tempe dan Tahu Pun Ikut Sumbang Inflasi

Inflasi Indonesia pada bulan ini salah satunya disebabkan oleh melonjaknya harga kedelai dan turunannya seperti tahu dan tempe.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Harga Kedelai Naik, Tempe dan Tahu Pun Ikut Sumbang Inflasi
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Pekerja melakukan proses produksi tahu di salah satu pabrik di Kawasan Sentra Perajin Tahu Cibuntu, Jalan Aki Padma, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (17/10/2022). Perajin tahu dan tempe di Jawa Barat batal melakukan aksi mogok produksi massal yang sedianya akan digelar pada 17-19 Oktober 2022 imbas dari kenaikan harga kedelai yang sudah menyentuh Rp 13.100 per kilogram. Para perajin memutuskan untuk menaikkan harga jual kepada pembeli supaya bisa menutupi biaya produksi yang terus merangkak, dengan kenaikan harga bervariasi Rp 500 hingga Rp 1.000 per buah. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Lonjakan harga di dalam negeri ini terjadi lantaran stok yang ada di dalam negeri diprediksi makin menipis lantaran pasokan impor tersendat.

Baca juga: Lima Asumsi Dasar Ekonomi Makro di APBN 2023 Meleset: Pertumbuhan Ekonomi Hingga Inflasi

Adapun menurut Badan Pangan Nasional, ketersediaan stok kedelai tinggal 7 hari apabila mengacu pada perhitungan Neraca Pangan Nasional sampai dengan akhir November 2022.

Deputi 1 Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa, melalui keterangan tertulis Rabu, (26/10/2022), di Jakarta menjelaskan stok kedelai di Indonesia yang tinggal 7 hari itu bukan dihitung per hari ini.

Namun dasar penghitungan setelah bulan November 2022, Sebab berdasarkan Neraca Pangan Nasional yang dimiliki oleh Badan Pangan Nasional, sampai dengan akhir November 2022 stok kedelai masih surplus 54.983 ton.

"Stok 54.983 ton tersebut apabila dibagi rata-rata konsumsi harian nasional sebesar 8.191 ton per hari, maka dapat memenuhi kebutuhan sekitar 7 hari. Jadi stok kedelai untuk 7 hari itu dihitung per setelah November 2022," katanya.

Ketut menjelaskan, berdasarkan perhitungan prognosa Januari–November 2022, stok akhir kedelai diperkirakan masih dalam kondisi surplus sebanyak 54.983 ton.

Baca juga: Lima Asumsi Dasar Ekonomi Makro di APBN 2023 Meleset: Pertumbuhan Ekonomi Hingga Inflasi

Penghitungan stok kedelai ini merupakan hasil perhitungan dari ketersediaan 2.758.151 ton dikurangi kebutuhan selama Januari-November 2022 sebesar 2.703.169 ton.

Berita Rekomendasi

Dengan memperhitungkan kebutuhan kedelai dalam satu bulan yang diperkirakan mencapai 245.743 ton atau 8.191 ton per hari, maka stok di akhir November 2022 masih ada 54.983 ton atau diperkirakan mencukupi untuk 7 hari.

Namun demikian, Ketut meminta masyarakat khususnya para pengrajin tahu-tempe tidak perlu panik, dengan stok ini.

Sebab pemerintah telah melakukan impor untuk menambah ketersediaan kedelai di dalam negeri. Untuk itu, NFA mendorong percepatan importasi untuk memenuhi ketahanan stok kedelai.

"Jadi kami mendorong percepatan realisasi impor kedelai untuk memenuhi dan memperpanjang kecukupan stok kedelai,” ujar Ketut.

Sementara itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, dengan basis stok 7 hari setelah akhir November tersebut, pihaknya menjamin bahwa stok kedelai cukup hingga 1,5 bulan ke depan.

Untuk itu, Arief meminta masyarakat tidak khawatir dengan ketersediaan kedelai di pasaran.

Baca juga: Inflasi Australia pada September 2022 Naik ke Level Tertinggi Sejak 32 Tahun Terakhir, Ini Faktornya

Arief juga mengatakan, melalui realisasi impor, maka berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional Januari-Desember 2022, komoditas kedelai diperkirakan surplus sebesar 250.00 ton pada akhir Desember 2022.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas