Harga Kedelai Naik, Tempe dan Tahu Pun Ikut Sumbang Inflasi
Inflasi Indonesia pada bulan ini salah satunya disebabkan oleh melonjaknya harga kedelai dan turunannya seperti tahu dan tempe.
Editor: Hendra Gunawan
Dia pun mengaku memahami walau nantinya ada kenaikan harga tahu dan tempe, tetapi mereka akan melihat sampai sejauh mana dan apa penyebabnya.
"Saya pikir kalau target sampai 10 persen (kenaikan) itu tak terlalu besar." katanya.
"Kalau memang ada hal yang belum terpenuhi, kami coba usulkan ke pemerintah pusat agar nanti kami sampaikan secara tertulis," ujarnya.
Ketika disinggung tentang keluhan subsidi kedelai yang hanya Rp 1.000 per kilogram, Iendra menyebut subsidi senilai Rp 1.000 per kilogram dirasa sudah cukup karena di beberapa daerah tak terjadi gejolak atau protes.
"Sebenarnya salah satu penyebabnya ialah dampak ekonomi global, sebab di Amerika Serikat terjadi inflasi. Jadi, saya kira itu menjadi salah satu penyebabnya. Kami juga dapat impor (kedelai) dari Amerika Serikat," katanya.
Seperti diberitakan KONTAN sebelumnya (12/10) Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan rantai pasok kedelai aman untuk memastikan kebutuhan kedelai nasional tercukupi.
Plt Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Syailendra mengungkapkan adanya kenaikan harga pada kedelai disinyalir karena stok yang tersedia saat ini adalah sisa pembelian kedelai bulan lalu. Harga kedelai dunia pada tengah tinggi di bulan lalu.
"Jadi kedelai stoknya memang dinamis, karena enggak bisa disimpan lama riskan busuk," kata Syailendra pada saat dijumpai di Kantor Kemendag, Selasa (11/10).
Meski demikian, Syailendra mengungkapkan pada bulan Oktober ini harga kedelai dunia sudah mulai turun. Penurunan ini baru bisa dirasakan pada November-Desember.
"Karena sekarang menghabiskan stok yang diimpor kemarin dulu," kata Syailendra.
Dia memastikan bahwa kenaikan ini bukan karena stok kedelai yang menipis. Menurut dia, rantai pasok kedelai masih normal. Syailendra menambahkan, pemerintah tengah mendorong gairah petani agar mau menanam kedelai.
Nantinya Bulog akan menjadi offtaker yang membeli kedelai dari petani dengan harga yang wajar dan menguntungkan petani.
"Jadi nanti diutamakan menyerap dari petani dan diberi harga yang bagus biar petani semangat tanam, baru bicara impor," katanya. (Kontan/Syamsul Azhar)