Ekonom Sebut Dana Segar IPO Bisa Jadi Modal Blibli Hadapi Ancaman Resesi
Andri menjelaskan, perusahaan e-commerce omnichannel dengan model bisnis seperti Blibli mampu berkembang pesat di luar negeri.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Muhammad Andri Perdana mengatakan, penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) Blibli memiliki daya saing tersendiri.
Sebab, di saat perusahaan startup lainnya mengalami kesulitan pendanaan akibat kondisi ekonomi yang diproyeksikan akan mengalami resesi pada 2023, dana segar IPO ini bisa jadi modal.
“Sebanyak Rp 5,5 triliun dari Blibli itu digunakan untuk memperbaiki dari struktur modal, mengurangi utang, sehingga dapat mengurangi Debt Equity Rasionya (DER). Dengan penurunan DER, perusahaan menjadi lebih fleksibel dalam pengelolaan aset, termasuk potensi pembagian dividen kepada investor di masa mendatang,” ujar dia melalui risetnya, Senin (7/11/2022).
Baca juga: Pengamat Beberkan Prospek IPO Blibli di Tengah Ancaman Resesi
Andri menjelaskan, perusahaan e-commerce omnichannel dengan model bisnis seperti Blibli mampu berkembang pesat di luar negeri.
Dirinya mencontohkan Amazon dan Alibaba yang melakukan ekspansi secara masif, di mana Amazon berekspansi melalui Amazon Express, Amazon Go, dan Amazon Prime.
Kemudian, disusul Rakuten di Jepang yang fokus awalnya adalah platform diskon dan cashback, hingga memiliki bisnis perhotelan.
Lebih lanjut, Andri menilai bisnis model dari Blibli menarik karena mampu memberikan kemudahan bagi para pelanggannya.
“Mereka sustain karena memiliki bisnis di beberapa sektor usaha, sehingga ketika kondisi ekonomi sulit, sebagian bisnis yang berkembang dapat menopang sektor bisnis lainnya. Saat yang satu mengalami kesulitan, yang lain mengalami kenaikan,” katanya.
Di sisi lain, Andri juga menilai wajar atas utang yang dimiliki oleh Blibli dan perusahaan startup lainnya, karena untuk investasi serta pengembangan bisnisnya.
“Selama utang itu sehat dan terukur dari segi DER, profitabilitias dan likuiditasnya, maka wajar-wajar saja, bukan masalah,” pungkasnya.
Baca juga: Blibli Ajak Masyarakat Tak Ragu Beli Produk UMKM
Diketahui, Blibli yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 November mendatang diperkirakan akan mengumpulkan dana sebesar Rp 7,9 triliun.
Dana tersebut akan dipergunakan untuk pembayaran saldo utang fasilitas, dan sisanya akan dialokasikan sebagai modal kerja dalam mendukung kegiatan usaha.
Adapun hingga Juni 2022, pendapatan Blibli meningkat 127 persen secara tahunan menjadi Rp 6,71 triliun, dari Rp 2,99 triliun.
Sementara itu, Blibli membukukan laba bruto sebesar Rp 560,8 miliar, naik dari Rp 225,7 miliar, atau mencerminkan rasio laba bruto atay gross profit margin 8,35 persen.