Ekspor Cokelat Indonesia Diyakini Tidak Terdampak Resesi Global
Pada 2021, nilai ekspor produk kakao intermediate mampu menyumbang devisa hingga 1,08 miliar dolar AS.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekspor cokelat disebut diperkirakan tidak akan terpengaruh oleh ancaman resesi global pada 2023. Menurut Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika, cokelat akan dicari ketika terjadi krisis ekonomi.
"Kalau orang itu stres, dia akan banyak mengonsumsi cokelat. Sehingga kalau terjadi masalah syok di ekonomi, orang itu akan banyak membutuhkan cokelat," kata Putu di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (12/11/2022).
Putu berujar kini menjadi tugas Pemerintah menjaga kinerja ekspor tersebut. "Kalau cokelat ini lumayan agak aman untuk ekspornya. Mudah-mudahan kita bisa jaga kinerjanya," ujarnya.
Melalui aktivitas seperti peringatan Hari Kakao Indonesia 2022, ia menyebut bisa menjadi cara konsumsi cokelat meningkat.
"Melalui aktivitas seperti ini, dibantu publikasi, mudah-mudahan bisa meningkatkan konsumsi cokelat. Kita akan terus sosialisasikan," kata Putu.
Pada 2021, nilai ekspor produk kakao intermediate seperti cocoa liquor, cocoa butter, cocoa cake dan cocoa powder mampu menyumbang devisa hingga 1,08 miliar dolar AS.
Secara volume, produk tersebut diekspor sebesar 319.431 ton atau 85 persen dari total produksi nasional.
Baca juga: Diteken Lewat Kontrak Dagang 4 Asosiasi, Indonesia Ekspor 1 Juta Ton CPO ke China
"Itu kemudian diekspor ke 96 negara. Di antaranya Amerika, India, China, Estonia dan Malaysia," kata Putu.