Transisi ke Energi Terbarukan Disebut Perlu Perhatikan Transformasi Ekonomi Daerah
Menurut Pradana, mengubah ekonomi suatu daerah menjadi lebih hijau dapat dilakukan melalui penghentian penggunaan batu bara dan berinvestasi pada EBT.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Transisi ke energi baru terbarukan (EBT) disebut perlu memperhatikan transformasi ekonominya.
Direktur Manajemen Risiko PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Pradana Murti mengatakan banyak daerah yang memiliki ketergantungan tinggi pada batu bara.
"Jika kita berbicara tentang transisi energi, apa yang akan mereka lakukan tentang itu? Transisi energi sama halnya dengan transformasi ekonomi," katanya dalam diskusi Dialogue on IPP Just Energy Transition Initiatives, Selasa (15/11/2022).
Baca juga: Menyelaraskan Transisi dan Ketahanan Energi untuk “Net Zero Emission”
Menurut Pradana, mengubah ekonomi suatu daerah menjadi lebih hijau dapat dilakukan melalui penghentian penggunaan batu bara dan berinvestasi pada EBT.
Ada tantangan yang harus dilakukan guna menyukseskan usaha tersebut.
"Menghentikan batu bara ini ada tantangannya sebab ada pihak yang berinvestasi di situ. Kita perlu membuka taksonominya agar institusi finansial internasional mengalihkan investasi ke transisi energi," ujar Pradana.
Apabila taksonomi itu bisa dibuka, banyak modal yang bisa dimobilisiasi ke dalam transisi dari batu bara.
Hal tersebut oleh Pradana juga disebut berhubungan dengan mekanisme carbon crediting.
"Ini seperti dua sisi mata uang. Jadi, taksonomi dan teminologi karbon," katanya.
Pradana mengaku banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan terkait transisi ke EBT.
Baca juga: Terus Realisasikan Kolaborasi Global, PLN Kembangkan Energi Bersih Bersama ACWA Power
Meski demikian, ia menyatakan pihaknya senantiasa berkomitmen mendukung prosesnya.
"SMI sebagai institusi publik memang sangat dekat dengan pemerintah, tapi kami juga pelaku pasar. Jadi, kami sangat bersemangat mendukung perusahaan pembangkitan independen melakukan transisi energi," kata Pradana.
Di kesempatan yang sama, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar mengatakan pengalihan ke energi transisi membutuhkan banyak pihak dan waktu cukup.
"Sebagaimana kita tahu, 68 persen porsi fosil batu bara akan berbalik menjadi nol pada 2058. Sehingga segala sesuatu perlu dikoordinasi secara baik agar tidak ada pihak yang tertinggal," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.