Kisah Ibu Berusia 52 Tahun Mulung Kain Perca Kantongi Omzet Rp15 Juta per Bulan
Program SETC meliputi pelatihan kewirausahaan, baik hard skill maupun soft skill di bidang budidaya pertanian, peternakan, dan keterampilan lainnya.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, SUKOREJO - Seorang ibu berusia 52 tahun bernama Eka Wahyu Setyowati memutuskan terjun ke dunia usaha pada 2018, usai mengundurkan diri dari posisi sekretaris di salah satu perusahaan.
Awalnya, Eka Wahyu melihat banyaknya potongan kain atau perca yang dibuang begitu saja oleh para penjahit.
Padahal, Ia menilai hal itu dapat dijadikan berbagai produk bernilai jual jika disusun dengan kain lainnya.
Dengan mengumpulkan kain perca dari para penjahit, Ia memulai membuat taplak, sprei, tas, bantal duduk, hingga bedcover dari potongan kain yang dikumpulkan.
Baca juga: Erick Thohir Harapkan Gerakan Bangga Buatan Indonesia di Kalbar Mampu Dorong UMKM Naik Kelas
"Saya ini mulung kain perca dari penjahit. Modalnya jadi tidak ada, kain perca-nya tidak beli karena limbah tidak dipakai lagi," kata Eka Wahyu di gedung Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC), Sukorejo, Jawa Timur, Selasa (13/12/2022).
Awal penjualan dari produk kain perca, Eka Wahyu menawarkan ke tetangga dan teman-teman dekatnya.
Dari situ, banyak yang membeli dan kini produk bantal duduk dari bahan kain perca sering dibeli oleh orang kantoran.
"Paling banyak yang beli yaitu produk bantal duduk. Orang kantoran yang pesan untuk kerja di kantor, jadi biar tidak pegel," ucapnya.
Adapun harga berbagai produk yang dijual Eka Wahyu, mulai harga Rp45 ribu hingga Rp3 juta.
"Rp45 ribu itu untuk eco bag, Rp3 juta untuk bedcover," katanya.
Rambah Pasar Online
Dalam berjualan, Eka Wahyu mengaku kini telah merambah pasar online, mulai dari e-commerce hingga media sosial.
Penjualan terbanyak, kata Eka Wahyu, saat ini bersumber dari Instagram dengan nama decak_handmades.
"Penjualan online diajarkan juga oleh tim Sampoerna Entrepreneurship Training Center. Dibimbing mereka, diajarkan pembukuan dan lainnya," tutur Eka Wahyu.
Adapun karyawan Eka Wahyu sekarang sudah ada empat orang dan dalam sebulan bisa mengantongi omzet Rp15 juta per bulan.
"Penjualan masih nasional, belum ke luar negeri," tuturnya.
65 Ribu Peserta
Kepala Urusan Eksternal PT HM Sampoerna Tbk Ishak Danuningrat menjelaskan, sejak awal berdiri pada 1913, perseroan selalu memiliki perhatian khusus terhadap UMKM.
Oleh karena itu, kata Ishak, payung program Sampoerna Untuk Indonesia hadir secara konsisten membina UMKM guna memanfaatkan potensi daerah, meningkatkan daya saing, dan memberdayakan masyarakat sekitar.
"Upaya Sampoerna membina UMKM salah satunya dilakukan melalui program SETC yang diresmikan pada tahun 2007 dengan fasilitas pendukung di lahan seluas 27 hektar di Sukorejo, Jawa Timur," paparnya.
Baca juga: KemenKopUKM Dorong Penyediaan Tempat Promosi UMKM di Ruang Publik Minimal 30 Persen
Ishak menjelaskan, program SETC meliputi pelatihan kewirausahaan, baik hard skill maupun soft skill di bidang budidaya pertanian, peternakan, dan keterampilan lainnya.
Peserta SETC juga diberikan riset terapan, pendampingan, jejaring pasar, konsultasi usaha, serta jejaring UMKM.
"Hingga saat ini, SETC telah memberi keterampilan kewirausahaan kepada lebih dari 65.000 peserta dari seluruh Indonesia," ucapnya.
SETC memberikan berbagai pelatihan berbagai keterampilan kepada para pelaku UMKM binaan, seperti keterampilan manajemen keuangan dan bisnis, keterampilan produksi barang dan pengolahan kuliner, termasuk pengemasan.
"Keterampilan pemasaran, sehingga para pelaku UMKM binaan dapat menjangkau lebih banyak pembeli termasuk hingga ke mancanegara melalui pelatihan mengenai tata cara ekspor produk ke luar negeri," tutur Ishak.
Baca juga: Dorong Puluhan Ribu UMKM Go Digital, Erick Thohir: Kalau Tidak Ngerti Digital, Tidak akan Maju
Kemudian, keterampilan digital kepada para pelaku UMKM binaan agar usaha mereka tetap bertahan dan berkembang.
"UMKM didorong memanfaatkan teknologi agar dapat menyesuaikan dengan perubahan pola belanja konsumen dari luring ke daring," ujarnya.
Adapun fasilitas pendukung untuk pelatihan di SETC, di antaranya ruang pelatihan dan pertemuan, fasilitas pertanian terpadu, peternakan, perikanan, dan pengolahan limbah organik.
Lalu, laboratorium pengolahan pangan dan kultur jaringan, galeri produk UMKM, penginapan untuk fasilitas pelatihan, dan lainnya.