Harga Minyak Dunia Melonjak Ditopang oleh Pelemahan Dolar AS
harga minyak mentah berjangka Brent naik 61 sen, atau 0,8 persen, menjadi 80,40 dolar AS per barel pada pukul 01:24 GMT.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MELBOURNE - Harga minyak dunia naik pada awal perdagangan hari ini, Selasa (20/12/2022), ditopang oleh pelemahan dolar AS dan rencana Amerika Serikat untuk mengisi kembali Cadangan Minyak Strategis (SPR).
Namun, kenaikan harga minyak dunia dibatasi oleh ketidakpastian atas dampak meningkatnya kasus Covid-19 di China, importir minyak terbesar dunia.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 61 sen, atau 0,8 persen, menjadi 80,40 dolar AS per barel pada pukul 01:24 GMT.
Baca juga: Azerbaijan Tangguhkan Pasokan Minyak Mentah Rusia ke Kilang Turki karena Embargo Uni Eropa
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 65 sen atau 0,9 persen, menjadi 75,84 dolar AS per barel, setelah naik 90 sen di sesi sebelumnya.
Pasar bahan bakar telah didukung oleh rencana AS yang diumumkan pada pekan lalu untuk membeli 3 juta barel minyak untuk Cadangan Minyak Strategis (SPR) menyusul rilis rekor tahun ini sebesar 180 juta barel dari persediaan.
Pelemahan dolar AS juga mendukung kenaikan harga minyak, dengan indeks dolar sekitar 104,7. Dengan dolar AS yang lebih lemah, membuat minyak lebih murah bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.
Namun, untuk kenaikan harga minyak lebih lanjut, analis mengatakan perlu ada tanda-tanda yang jelas dari meningkatnya permintaan.
"Prospek permintaan minyak akan menjadi kunci seberapa tinggi harga minyak mentah bisa naik dan itu mungkin berjuang untuk kejelasan karena kami melihat sinyal beragam dengan pembukaan kembali China," kata analis di perusahaan valuta asing OANDA, Edward Moya dalam sebuah catatan.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik Imbas Pelonggaran Pembatasan Covid-19 di China
Sementara itu, China pada hari ini melaporkan lonjakan kasus baru virus corona yang dikonfirmasi menjadi 2.722 kasus pada 19 Desember, naik dari 1.995 sehari sebelumnya.
Namun, ada keraguan yang meningkat mengenai apakah penghitungan resmi tersebut mengungkapkan jumlah sebenarnya dari kasus Covid-19 di China.
Dalam tanda bearish lainnya, kepercayaan bisnis China turun ke level terendah sejak Januari 2013, yang mencerminkan dampak dari lonjakan kasus Covid-19 pada aktivitas ekonomi setelah negara tersebut melonggarkan langkah-langkah pengendalian pandemi, menurut sebuah survei oleh organisasi World Economics yang diterbitkan pada Senin (19/12/2022).