Pengembang Properti dan Perbankan Tak Khawatir Hadapi Isu Resesi di 2023
Resesi global yang terjadi di beberapa negara dan efek dari pandemi membuat pelaku industri properti tak khawatir.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Resesi global yang terjadi di beberapa negara dan efek dari pandemi membuat pelaku industri properti tak khawatir.
“Beberapa negara mengalami resesi dan juga belum pulih perekonomiannya karena efek pandemi. Tapi saya lihat kita di Indonesia ini kuat, karakternya berbeda dengan mereka,” jelas Direktur Utama PT Kesuma Agung Selaras I Wayan Madik Kesuma dalam Talkshow Pasar Properti 2023 dengan tema “Menelisik Potensi Pasar Properti di Selatan Jakarta”, Kamis (22/12/2022).
Baca juga: Banyaknya Kebutuhan terkait Hunian, Bikin Bisnis Properti Tetap Hidup
Wayan mengatakan, memang sempat ada penurunan penjualan. Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan berhentinya stimulus dari pemerintah di sektor properti jadi salah satu penyebab turunnya daya beli.
Sebelumnya pemerintah memberikan kemudahan dengan memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100 persen yang terbukti efektif meningkatkan daya beli masyarakat.
“Kami akui daya beli tahun ini menurun, tapi kita akan tetap berusaha dan berstrategi lebih matang terkait konsep produk dan pola pembiayaannya yang melibatkan perbankan seperti dengan BTN yang banyak support kita terkait kredit pemilikan rumah (KPR). Saya yakin pasar properti khususnya perumahan akan tetap tumbuh. Karena jika properti bergerak ekosistem di sekitarnya juga bergerak, mudah-mudahan pemerintah akan memberikan kemudahan lagi,” imbuh Wayan.
Baca juga: Terdampak Ekonomi yang Lesu, Harga Properti Baru di China Alami Penurunan pada November
Potensi Pasar Selatan Jakarta
Saat ini, Kesuma Agung Selaras masih menggarap proyek yang berada di Dramaga, Bogor, Jawa Barat seluas 10 hektar.
I Wayan Madik Kesuma mengakui, pengembangan infrastruktur yang masif dalam beberapa tahun terakhir sedikit banyak membuat kawasan Bogor kian terbuka di akses dari berbagai kawasan sekitarnya.
Dan tak bisa dipungkiri pilihan moda transportasi yang beragam seperti commuterline menjadi kelebihan tinggal di Bogor yang memiliki kondisi udara yang bagus dan view berbeda dibanding kawasan di sekitar Jakarta lainnya.
Untuk itu dalam pengembang poryeknya PT KAS selalu memberikan hal baru dan menurut Wayan yang dijual adalah konsep.
Baca juga: Krisis Evergrande, Kisah Keruntuhan Raksasa Properti yang Pukul Ekonomi China
Sementara Iriska Dewayani SPV Non Subsidized Mortgage and Personal Lending Division PT Bank Tabungan Negara Tbk menyatakan kawasan Selatan Jakarta itu memang berbeda dan hingga kini BTN telah bekerjasama dengan sekitar 5 ribu pengembang di Bogor Raya (Kota dan Kabupaten Bogor).
Menurutnya, dari jumlah pengembang tersebut pasar terbesar KPT BTN masih rumah dengan harga Rp 500 juta ke bawah, dan ini potensinya besar.
“Kita akan terus garap pasar ini dan di kawasan Bogor Raya potensinya masih besar. Selain itu kawasan ini memiliki aksesbiltas yang bagus, dan kedepannnya juga semakin berkembang,” imbuh Iriska Dewayani.
Terkait PT KAS , Iriska menegaskan bahwa PT KAS di BTN termasuk pengembang Top 20 yang jumlah transaksinya setahun minimal Rp 100 miliar. Dan sudah beberapa tahun ini selalu berada dalam circle Top 20 tersebut.
“Untuk itu kami banyak beri kemudahan kepada PT KAS. Mulai dari suku bunga fixed setahun 2,47 persen setahun, KPR Ekspres yang hanya 3 hari hingga tenor panjang hingga 30 tahun dan kemudahan lainnya. Ujung-ujungnya konsumen yang akan dimudahkan untuk membeli rumah di proyek PT KAS,” katanya.