Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

ECB Ketok Palu, Suku Bunga di Eropa Dua Bulan ke Depan Naik Jadi 50 BPS

Bank Sentral Eropa (ECB), memutuskan untuk terus mengambil langkah agresif dengan mengerek naik suku bunga sebesar 50 basis poin

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in ECB Ketok Palu, Suku Bunga di Eropa Dua Bulan ke Depan Naik Jadi 50 BPS
Ledger Insights
ECB 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, AMSTERDAM – Bank Sentral Eropa (ECB), memutuskan untuk terus mengambil langkah agresif dengan mengerek naik suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan di bulan Februari dan Maret 2023.

Pengumuman ini diungkap oleh anggota dewan gubernur ECB Klaas Knot dalam sebuah wawancara dengan penyiar Dutch WNL di Belanda pada Minggu (22/1/2023).

Dalam wawancara tersebut disebutkan bahwa ECB akan terus memperketat kebijakan moneternya dengan menaikan suku bunga pada bulan-bulan berikutnya, guna menekan laju inflasi di zona Euro yang saat ini telah mencapai 9,2 persen.

Baca juga: Inflasi Eropa Melandai Jadi 9,2 Persen, ECB Pilih Kencangkan Suku Bunga Acuan

"Harapkan kami untuk menaikkan suku bunga sebesar 0,5 persen pada bulan Februari dan Maret dan berharap kami tidak melakukannya pada saat itu dan lebih banyak langkah akan menyusul pada bulan Mei dan Juni," kata Knot.

Sebagai informasi kenaikan suku bunga bukan kali pertama yang dilakukan ECB, mengutip dari Reuters sebelumnya bank sentral Eropa ini telah berungkali mengerek laju suku bunga terhitung sejak Juli 2022.

Meski kenaikan suku bunga berpotensi meningkatkan risiko negatif seperti hilangnya kepercayaan pelaku bisnis dan rumah tangga dan membuat laju perekonomian Eropa berpotensi melambat.

Berita Rekomendasi

Namun dengan cara ini ECB mengklaim bahwa laju inflasi di negaranya dapat melandai ke target awal yakni sebesar 2 persen pada tahun 2024. Terlebih selama beberapa bulan terakhir pemerintah zona Euro telah menghabiskan terlalu banyak pengeluaran untuk mendanai subsidi.

Demi melawan defisit sejumlah negra di Eropa akibat memanas harga pangan dan energi sebagai buntut dari memanasnya perang di Ukraina dan gangguan rantai pasokan pasar global pasca-pandemi.

“Tujuannya jelas, dan kami belum sampai di sana. Kami akan memiliki kenaikan tarif lebih lanjut di masa depan,” tutup Knot.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas