Goldman Sachs: Stok Minyak Mentah Menipis, Harga Bisa Naik 100 Dolar Per Barel
Harga minyak mentah dunia diproyeksikan naik di atas 100 dolar AS per barel di 2023 ini karena krisis stok produksi, sementara permintaan pasar naik.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak mentah dunia diproyeksikan naik di atas 100 dolar AS per barel di 2023 ini sebagai imbas terjadinya krisis stok produksi, sementara permintaan pasar sedang meningkat.
Prediksi ini disampaikan analis Jeff Currie analis perbankan asal AS, Goldman Sachs Group Inc di sela konferensi Energi di Riyadh, Arab Saudi yang digelar pada Minggu (5/2/2023).
Dalam laporannya Currie memperingatkan masyarakat global agar bersiap menghadapi kenaikkan harga energi khususnya pada produk minyak mentah.
“Apakah kita akan kehabisan kapasitas produksi cadangan? Hal ini akan berpotensi menimpa dunia pada tahun 2024 karena pasar memiliki masalah serius.” ujar Currie.
Serangkaian sanksi Barat terhadap Rusia termasuk pembatasan ekspor komoditas energi yang awalnya ditujukan untuk membatasi kemampuan Moskow mendanai angkatan perangnya selama invasi di Ukraina, belakangan justru memicu penurunan stok cadangan minyak dunia.
Kondisi tersebut kian diperparah dengan menyusutnya jumlah investasi dalam kapasitas penyulingan hingga mendorong ke -13 produsen minyak OPEC+ termasuk Arab Saudi untuk berhati-hati dalam meningkatkan produksi
Dengan memangkas target pasokan ekspor sebesar 2 juta barel per hari atau sekitar 2 persen dari permintaan dunia.
Serangkaian tekanan ini yang berpotensi memicu krisis pada kapasitas produksi cadangan minyak dunia, ditengah pulihnya permintaan pasar China pasca pelonggaran nol-Covid.
Baca juga: Konsumsi Masyarakat Menyusut, Harga Minyak Mentah Dunia Anjlok 3 Persen
"Saat ini, kita masih seimbang. Namun dalam waktu dekat ketika surplus akan naik karena China telah pulih sepenuhnya. Kemungkinan hal ini akan menjadi masalah akhir tahun, ketika permintaan defisit melebihi pasokan, jelas Currie seperti yang dikutip dari Bloomberg.
Senada dengan Jeff Currie dari bank Goldman, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman juga turut mengecam pembatasan minyak Rusia.
Ia menyebut tindakan Barat hanya akan membuat kapasitas penyulingan menyusut dan berakibat pada kekurangan pasokan minyak dunia.
Baca juga: Uni Eropa Masih Gagal Sepakat Batasan Harga Jual Minyak Mentah Rusia
Apabila kondisi ini terus menerus terjadi maka bukan tidak mungkin dampak tersebut akan membuat harga bahan bakar minyak, solar, dan harga energi lainnya melonjak naik diatas 100 dolar AS per barel selama akhir tahun ini hingga 2024.
Mengungguli kenaikkan harga minyak semasa awal invasi Rusia - Ukraina, dimana saat itu harga minyak dipatok di kisaran 120 dolar AS per barel.