Harga Minyak Dunia Turun ke Level 79,04 Dolar AS per Barel
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan 79,04 dolar AS per barel, setelah turun 68 sen atau 0,9 persen.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Harga minyak turun pada perdagangan pada Senin (13/2/2023), karena investor mengabaikan dampak penurunan produksi minyak Rusia.
Harga minyak sempat naik pada perdagangan Jumat (10/2/2023), setelah Rusia, produsen minyak terbesar ketiga di dunia, mengumumkan pemangkasan produksi minyak mentah untuk bulan depan sebesar 500.000 barel per hari (bpd).
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 69 sen atau 0,8 persen menjadi 85,70 dolar AS per barel pada pukul 01:53 GMT, setelah naik 2 persen pada perdagangan Jumat.
Baca juga: Dibayangi Sanksi Rusia, Harga Minyak Dunia Pekan Ini Melonjak 8 Persen
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan 79,04 dolar AS per barel, setelah turun 68 sen atau 0,9 persen.
"Pelemahan yang kita lihat pada harga pada perdagangan pagi hari ini kemungkinan mencerminkan pasar yang menyadari bahwa pemotongan ini sebagian besar sudah diperhitungkan," kata analis di perusahaan jasa keuangan ING, Warren Patterson.
Brent dan WTI naik lebih dari 8 persen pada pekan lalu, didukung oleh optimisme atas pemulihan permintaan di China, importir minyak mentah utama dan konsumen minyak nomor dua di dunia, setelah mencabut pembatasan COVID-19 pada Desember.
Pemulihan permintaan minyak China telah membatasi ekspor bensinnya di Februari, meskipun penyulingannya mempertahankan pengiriman solar di atas 2 juta ton.
Seorang manajer portofolio senior di 8VantEdge di Singapura, Stefano Grasso, mengatakan pemotongan produksi sebesar 500.000 barel per hari akan membawa Rusia kembali sejalan dengan kuota OPEC+, karena Moskow saat ini mengekspor minyak secara berlebihan.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, atau dikenal sebagai OPEC+, pada Oktober tahun lalu sepakat untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari, sekitar 2 persen dari permintaan dunia.
Harga minyak dapat melanjutkan reli mereka kembali ke 100 dolar AS per barel pada akhir tahun ini, karena pemulihan permintaan China dan pertumbuhan pasokan yang terbatas akibat kurangnya investasi, kata pejabat negara OPEC kepada Reuters.
Sementara itu di Amerika Serikat, produsen minyak terbesar dunia, jumlah rig minyak yang beroperasi naik 10 menjadi 609 pada minggu lalu, yang menjadi penambahan mingguan terbesar sejak Juni, menurut laporan Baker Hughes pada Jumat.