Silicon Valley Bank Bangkrut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Minta Indonesia Waspada
Bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) menjadi pelajaran untuk Indonesia bahwa bank yang kecil bisa menimbulkan persepsi sistemik.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, penutupan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat menimbulkan guncangan yang signifikan bagi kondisi pasar global sepekan terakhir.
Menurut dia, kondisi tersebut harus diwaspadai, meski untuk Amerika Bank regional dengan aset 200 miliar dolar AS tergolong kecil.
"Penutupan Silicon Valley Bank yang relatif kecil, bank regional, dengan aset hanya 200 miliar dolar AS, untuk ukuran Amerika ini sangat kecil," kata Sri Mulyani dalam Konferensi APBN Kita, dikutip Rabu (15/3/2023).
Baca juga: Daftar Perusahaan Kripto yang Merugi Pasca Kebangkrutan Silicon Valley Bank
Selain itu, Ani mengatakan, hal tersebut menimbulkan adanya pergerakan kepercayaan deposan di Amerika Serikat.
Bahkan, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) juga memutuskan untuk memberikan kepastian penyelamatan insured maupun non insured deposit.
"Oleh karena itu kemudian pemerintah Amerika yang tadinya tidak melakukan bailout, kemudian memutuskan melakukan bailout menjamin seluruh deposito dari SVB," terangnya.
Dikatakan Ani, kondisi tersebut menjadi pelajaran untuk Indonesia bahwa bank yang kecil bisa menimbulkan persepsi sistemik.
Di sisi lain, Ani memaparkan setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan kebangkrutan SVB. Pertama, sektor-sektor yang didanai SVB mengalami penurunan kinerja sejak dua tahun terakhir.
Kedua, SVB mengalami kenaikan dari deposito lebih dari tiga kali lipat hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun. Ani berujar, pada kondisi ini penyaluran kredit dari startup menurun serta deposito yang terus meningkat tajam.
Ketiga, harga surat berharga di Amerika Serikat mengalami koreksi lantaran interest rate The Fed naik. Sehingga terjadi penurunan.
"Ini semuanya yang menyebakan kemudian SBV dari sisi balance sheet mengalami penurunan. dan timbul rumor, sehingga terjadi bank run. Situasi ini adalah situasi yang bisa berkembang hanya dalam waktu 1 kali 24 jam, itu yang kita liat," paparnya.
Untuk itu, Ani menegaskan untuk terus waspada. Sebab transmisi dari persepsi sistemik itu bisa menimbulkan situasi yang cukup signifikan bagi sektor keuangan.
"Meski demikian banyak yang mengatakan kasus SBV ini ini tidak akan menimbulkan hal sama seperti Lehman Brothers moment saat 2008. Tentu kita berharap Amerika Serikat bisa stabilkan sektor keuangan," tegasnya.