Analis Khawatirkan Krisis Perbankan Global Terus Menjalar
Upaya restrukturisasi yang dimulai sejak 2019 diharapkan memperbaiki kinerja Deustche Bank yang menghadapi risiko kolaps pasca kejatuhan harga saham.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus berpendapat krisis yang terjadi pada sejumlah perbankan global memicu kekhawatiran akan merembet ke perbankan global lainnya, terlebih jika ditemukan adanya tanda-tanda anomali.
Sementara jatuhnya Deutche Bank, Nico masih melihat, upaya restrukturisasi yang dimulai sejak 2019 diharapkan bisa memperbaiki kinerja bank tersebut.
"Kami melihat kinerjanya masih cukup kuat baik dari sisi profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas serta kecukupan modalnya," ujar dia melalui risetnya, Senin (27/3/2023).
Menurut dia, tidak perlu ada kekhawatiran kemungkinan Deutsche Bank kolaps karena regulator di Jerman cukup ketat melakukan kontrol.
"Tidak perlu khawatir, menimbang regulasi yang diterapkan pemerintahnya terhadap perbankan di Eropa cukup ketat," kata Nico.
Dia menjelaskan, setelah krisis pandemi mereda, likuiditas kembali diketatkan setelah dilonggarkan dalam level super ultra.
Bank yang terdampak krisis membawa tekanan lebih lanjut terhadap kondisi kredit global pada tahun ini.
Baca juga: Deutsche Bank Berisiko Kolaps Setelah Sahamnya Anjlok 11 Persen
Nico menambahkan, Deutsche Bank juga berencana untuk melakukan buyback obligasinya senilai 1,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Meski demikian, melihat kinerja keuangannya pada 2022, terpantau aman dalam hal solvabilitas dan posisi likuiditasnya.
Baca juga: Krisis Perbankan Belum Usai, Saham Deutsche Bank Anjlok 13 Persen
"Tingkat profitabilitasnya pun cenderung kuat, di mana tercermin dari laba tahunannya meningkat sebesar 159 persen menjadi 5,4 miliar dolar AS. Lonjakan CDS pun masih jauh di bawah level tertinggi yang tercatat selama krisis utang di zona Uni Eropa pada 2011," pungkasnya.