Bank Dunia Kerek Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur Jadi 5,1 Persen di 2023
Bank Dunia memperkirakan ekonomi Asia Timur akan tumbuh melebihi perkiraan sebelumnya berkat peningkatan tajam aktivitas ekonomi
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Bank Dunia memperkirakan ekonomi Asia Timur akan tumbuh melebihi perkiraan sebelumnya berkat peningkatan tajam aktivitas ekonomi di China.
Bank Dunia juga mencatat, kawasan tersebut belum terpengaruh oleh gejolak yang terjadi di sektor perbankan global.
Melansir dari CNBC, ekonomi Asia Timur diproyeksikan tumbuh sebesar 5,1 persen pada tahun ini, naik dari 4,6 persen yang diperkirakan pada Oktober tahun lalu.
Baca juga: Pemerintah Proyeksikan Ekonomi Indonesia pada 2030 Naik 3 Kali Lipat, Ini Kata Anggota Komisi XI DPR
Sementara pada tahun lalu, wilayah Asia Timur dan Pasifik tumbuh sebesar 3,5 persen, kata Bank Dunia dalam laporannya.
Adapun ekonomi China, Bank Dunia menaikkan perkiraan pertumbuhan setahun penuh untuk 2023 dari 4,5 persen menjadi 5,1 persen.
“Perkiraan tersebut mengasumsikan keselarasan pro-pertumbuhan kesehatan masyarakat, peraturan, dan kebijakan ekonomi makro di China,” kata Bank Dunia.
Menanggapi adanya kekhawatiran mengenai krisis yang menyerang perbankan di Amerika Serikat dan Eropa, Bank Dunia mengatakan sektor perbankan Asia Timur dan Pasifik “sejauh ini belum terpengaruh, tetapi ada potensi risiko melalui paparan langsung terhadap kerugian.”
“Indikator yang tersedia untuk umum menunjukkan tingkat modal keseluruhan yang memadai dan kredit bermasalah yang rendah untuk sebagian besar negara di kawasan ini,” tambah Bank Dunia.
“Kesehatan sektor keuangan sejauh ini baik di Asia Timur Pasifik," sambungnya.
Namun Bank Dunia memperingatkan, “tantangan paling langsung” untuk kawasan ini adalah perpecahan yang tumbuh antara AS dan China.
“Politik, bukannya fundamental ekonomi dan aturan yang dapat diprediksi, membentuk pola perdagangan dan ketidakpastian yang dihasilkan dapat menghambat investasi di negara lain,” ungkap Bank Dunia dalam laporannya.
Baca juga: Bank Dunia Meramal Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Ini Jadi yang Terburuk dalam Tiga Dekade
Kepala ekonom Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, mengatakan dampak decoupling dapat melampaui kedua negara tersebut.
“Tidak diragukan lagi perpecahan antara dua pedagang besar ini akan berdampak pada seluruh dunia terlepas dari pengaruhnya terhadap negara itu sendiri,” katanya di “Street Signs Asia ” CNBC.
“Kami memiliki risiko gangguan rantai nilai global dengan pembatasan ini,” katanya.
Batas Kecepatan Ekonomi Global
Dalam laporan terpisah yang dirilis pada awal pekan ini, Bank Dunia mengatakan “batas kecepatan” ekonomi global, yang didefinisikan sebagai tingkat maksimum jangka panjang di mana ekonomi dapat tumbuh tanpa memicu inflasi, akan mencapai level terendah dalam tiga dekade pada 2030.
Diperkirakan rata-rata potensi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global antara 2022 hingga 2030 turun menjadi 2,2 persen per tahun.
Baca juga: Bank Dunia Pangkas Prospek Pertumbuhan Ekonomi China Menjadi 2,7 Persen Pada Tahun Ini
Bank Dunia menambahkan, potensi PDB dapat ditingkatkan hingga 0,7 poin persentase jika pemerintah mengadopsi kebijakan “berkelanjutan, berorientasi pada pertumbuhan” ekonomi.
“Penurunan pertumbuhan potensial yang berkelanjutan memiliki implikasi serius bagi kemampuan dunia untuk mengatasi serangkaian tantangan unik yang berkembang di zaman kita kemiskinan yang membandel, perbedaan pendapatan, dan perubahan iklim,” kata kepala ekonom dan wakil presiden senior Bank Dunia untuk Ekonomi pembangunan, Indermit Gill.
“Satu dekade yang hilang bisa menjadi penyebab ekonomi global,” imbuh Gill memperingatkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.