Pengusaha Butuh Dukungan Akses Permodalan Percepatan Ekosistem Baterai
Pembentukan ekosistem kendaraan listrik yang menjadi salah satu cita-cita hilirisasi sumber daya alam
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembentukan ekosistem kendaraan listrik yang menjadi salah satu cita-cita hilirisasi sumber daya alam, khususnya nikel perlu diimbangi dengan pengawasan dan kemudahan akses permodalan.
"Roadmap hilirisasi yang dicanangkan pemerintah hingga sejauh ini sudah berjalan baik, tetapi kami pengusaha masih membutuhkan dukungan pemerintah terutama untuk akses permodalan,” ujar Direktur Utama PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Derian Sakmiwata dalam keterangannya Kamis (6/4/2023).
Dia menilai kedua faktor tersebut dapat mempercepat harapan Presiden Jokowi untuk merealisasikan program hilirisasi yang terus digalakkan dan akan meluas ke material bauksit dan tembaga.
Baca juga: Nggak Pakai Lama, Inden Mobil Listrik Renault Megane Hanya 45 Hari
Lebih lanjut disampaikan bahwa pemerintah menyadari keberadaan perusahaan smelter nikel saat ini terlampau banyak, oleh karenanya dibutuhkan pengawasan pemerintah agar izin usaha yang telah diberikan tidak sia-sia atau justru malah menimbulkan permasalahan baru karena berebut bahan baku.
“Bapak Presiden kemarin sampaikan bahwa program hilirisasi ini direspon baik oleh pengusaha sehingga minatnya begitu tinggi, namun demikian hal ini perlu diawasi agar industri pengolahan nikel tetap kondusif dan persaingannya sehat," kata Derian.
Berdasarkan data Kementerian ESDM sudah ada lebih dari 50 smelter yang berproduksi dan 27 smelter lain rencananya akan segera dibangun.
Ceria merupakan salah satu smelter di Sulawesi Tenggara yang tengah membangun secara bertahap empat line smelter dengan target total produksi hingga 250 ribu ton feronikel dengan kandungan nikel 22 persen di dalamnya.
Ceria menggunakan teknologi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan bentuk tungku persegi (rectangular) yang merupakan teknologi RKEF terkini dan dinilai lebih efisien.
“Dengan sumber daya 17,68 miliar ton dan cadangan 5,2 miliar ton nikel di tanah air, kami berharap potensi ini dapat termanfaatkan dengan baik," urainya.
Baca juga: Populasi Kendaraan Listrik Berbasis Baterai Mencapai 55.988 Unit di Maret 2023
"Pengawasan terhadap pemanfaatan bahan baku menjadi penting karena penambahan jumlah pemain smelter berimplikasi pada peningkatan kebutuhan bahan baku, jangan sampai hal ini menjadi boomerang seperti yang dikhawatirkan bapak Presiden Jokowi," tambah Derian.
Selain mengembangkan smelter RKEF yang menggunakan prinsip teknologi pirometalurgi, dalam proses produksinya, Ceria akan menggunakan teknologi hidrometalurgi (HPAL) untuk mengolah bijih nikel kadar rendah yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan baku baterai listrik.
Aplikasi teknologi ini memiliki skala keekonomian yang lebih besar sehingga lebih mahal dibandingkan dengan investasi teknologi pirometalurgi, dengan demikian akan dibutuhkan modal besar untuk mempercepat realisasi pembangunannya.