Penerimaan Negara Hulu Migas Kuartal I 2023 Tembus 3,57 Miliar Dolar AS
Target penerimaan negara tahun ini mencapai 15,88 miliar dolar AS. Dari jumlah 3,57 miliar itu tercatat 22,5 persen realisasi dari target tersebut.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan realisasi penerimaan negara dari sektor hulu migas di kuartal pertama tahun 2023 mencapai 3,57 miliar dolar Amerika Serikat.
Hal itu disampaikan Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf dalam Konferensi Pers di Jakarta, Senin (17/4/2023).
"Realisasi per 31 Maret 2023, pencapaian dari sisi penerimaan negara, yaitu 3,57 miliar dolar AS. Sementara tahun lalu, 4,36 miliar dolar AS," kata Nanang, Senin.
Baca juga: SKK Migas Dorong Produk Dalam Negeri Berperan di Proyek-proyek Hulu Migas
Dikatakan Nanang, target penerimaan negara tahun ini mencapai 15,88 miliar dolar AS. Dari jumlah 3,57 miliar itu tercatat 22,5 persen realisasi dari target tersebut.
"Jadi untuk tahun ini realisasinya 22,5 persen. Kita masih ada 9 bulan, kita harapkan kita bisa mencapai target di tahun ini," tegasnya.
Nanang mengaku, jumlah tersebut lebih rendah jika dilihat dari sisi harga migas tahun ini. Meski begitu, penerimaan negara dari sisi produksi di kuartal pertama tahun 2023 ini, dinilai lebih baik jika dibandingkan tahun lalu.
"Walaupun dari sisi produksi dibandingkan dengan tahun lalu pada posisi triwulan pertama, lebih bagus, tetapi mungkin dari sisi harga dibandingkan tahun lalu, tahun ini lebih rendah," tutur dia.
Sementara itu, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menambahkan, geopolitik perang Ukraina masih menjadi sumber utama yang menyebabkan terjadinya dinamika harga di sektor oil dan gas.
"Ini tentu saja membuat dinamika oil dan gas sangat sangat tinggi karena memang itu susah ditebak. Jadi suatu saat harga naik dan harga turun," ujar Dwi.
Baca juga: Besok, Polisi Periksa Direktur Teknik Migas Kementerian ESDM Terkait Kebakaran Depo Plumpang
Terlebih, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) memotong produksi minyak sehingga berdampak pada harga minyak yang sempat 70 dolar AS per barel.
"Sebagaimana pemberitaan amerika sempat melepas cadangan minyak. Tapi satu sisi, OPEC justru memotong produksinya sehingga harga minyak sempat turun ke arah 70 dolar AS per barel sekarang naik lain 84-85 dolar AS per barel," ucap dia.
"Mungkin dalam beberapa tahun kedepan angka 80an masih akan menjadi referensi untuk kita melihat harga minyak kedepan," sambungnya.