Mantap, Pendapatan AirAsia Indonesia 2022 Naik Lima Kali Lipat
Setelah dalam dua tahun belakangan maskapai menghadapi masalah penghasilan, pada 2022 lalu mereka kembali menuai pendapatan yang signifikan.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pembebasan pengetatan seiring terkontrolnya pandemi Covid-19 membuat bisnis penerbangan kegirangan.
Setelah dalam dua tahun belakangan maskapai menghadapi masalah penghasilan, pada 2022 lalu mereka kembali menuai pendapatan yang signifikan.
Salah satunya adalah AirAsia Indonesia yang mencatat kenaikan pendapatan cukup signifikan.
Baca juga: Pandemi Berakhir, AirAsia Indonesia Siap Mengoperasikan 32 Pesawat Pada 2023
Sepanjang 2022 lalu, maskapai ini mampu mencetak penghasilan hingga lima kali lipat.
PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) mencatatkan pendapatan Rp 3,78 triliun atau naik 503,91 persen dibanding 2021 yang hanya sebesar Rp 626 miliar.
Dikutip dari Kontan.co.id, laporan keuangan perseroan tahun buku 2022, pendapatan AirAsia di tiap wilayah berdasarkan pusat operasi yakni Jakarta berkontribusi sebesar Rp 1,73 triliun, Denpasar Rp 1,11 triliun, Surabaya Rp 535,27 miliar, dan Medan Rp 395,79 miliar.
Seiring kenaikan pendapatan, beban usaha perseroan juga melonjak 121,34% menjadi Rp 5,09 triliun pada 2022, jika dibandingkan tahun sebelumnya di 2021 sebesar Rp 2,3 triliun.
Secara rinci, beban usaha CMPP terdiri dari beban bahan bakar sebesar Rp 1,87 triliun, beban perbaikan dan pemeliharaan sekitar Rp 674,63 miliar, beban pelayanan pesawat dan penerbangan sebesar Rp 398,37 miliar, beban sewa pesawat sebanyak Rp 143,38 miliar, hingga beban gaji dan tunjangan sekitar Rp 351,32 miliar.
Disisi lain, AirAsia mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 1,64 triliun sepanjang 2022 atau sekitar 29,58% jika dibandingkan tahun 2021 sekitar Rp 2,34 triliun.
Hingga akhir 2022, total ekuitas CMPP tercatat naik di 2022 menjadi Rp 6,81 triliun, jika dibandingkan tahun sebelumnya di 2021 sebesar Rp 5,19 triliun.
Sedangkan total liabilitas AirAsia pada akhir Desember 2022 sebesar Rp 12,17 triliun, naik dari akhir Desember 2021 yang sebesar Rp 10,33 triliun.
Baca juga: Mulai 20 November 2022, AirAsia Buka Rute Penerbangan Yogyakarta-Singapura
Adapun total aset CMPP pada 2022 sebesar Rp 5,35 triliun, tumbuh dari akhir 2021 yang Rp 5,13 triliun.
Sebagai informasi, AirAsia hingga 31 Desember 2022 memiliki sewa atas 24 pesawat Airbus tipe A-320, dengan masa sewa berakhir pada tahun 2034.
Semantara PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 1,68 miliar sepanjang 2022. Raihan itu meningkat 62,31% secara tahunan dari US$ 1,04 miliar di 2021.
Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih GIAA mencapai US$ 3,73 miliar. Nilai itu berbalik dari rugi senilai US$ 4,15 miliar pada 2021.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Prasetio menjelaskan capaian laba bersih itu merupakan non-kas karena adanya pembalikan utang sehingga nanti akan dibukukan sebagai ekuitas.
"Tidak bisa bagi dividen juga karena itu non-cash. Jadi US$ 3,73 miliar itu tidak bisa kami pakai karena itu cuma buku," kata Prasetio kepada Kontan.co.id.
Memang pemulihan kinerja emiten pelat merah itu ditopang dari suntikan dana oleh pemerintah. Pada 2022, GIAA mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun.
Adapun dana PMN tersebut termasuk dalam dana hasil rights issue via Penawaran Umum Terbatas (PUT) II pada Desember 2022. Kala itu, GIAA memperoleh meraih Rp 7,77 triliun.
Prasetio menjelaskan untuk belanja modal alias capital expenditure (capex) GIAA akan berasal dana PMN tersebut. Kebanyakan dipakai untuk restorasi pesawat yang diistirahatkan alias grounded.
"Untuk restorasi kami dibantu pemerintah dengan PMN sebesar Rp 7,5 triliun, belanja modalnya berasal dari PMN itu," pungkas dia. (Kontan/Aris Nurjani)