Cerita Nareswari, Pelaku UMKM Solo Sulap Limbah Koran Jadi Sumber Cuan
Cerita pelaku UMKM kerajinan Setyo Handmade, berawal dari coba-coba mengolah bekas surat kabar langganan, kini berhasil meraup keuntungan.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Tiara Shelavie

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Jangan pernah takut untuk mencoba. Berawal dari coba-coba mengolah bekas surat kabar langganan, Kristanti Nareswari (37) berhasil meraup keuntungan.
Nares menggeluti UMKM bidang kerajinan tangan atau handicraft yang diberi nama Setyo Handmade.
Tangan kreatif Nares bisa 'menyulap' koran bekas menjadi tas, keranjang, vas, tempat tisu, kalung, hingga jepit rambut.
"Dulu sekitar 2014 mulai belajar bikin produk, awalnya buat mengisi waktu luang memanfaatkan koran langganan yang tidak terpakai di rumah," ungkap Nares saat dijumpai di kediamannya, Rabu (10/5/2023).
Sayang bagi Nares melihat tumpukan koran saat itu bila dijual hanya laku Rp 3.000 per kilogram.
"Kalau dibuat jadi produk-produk seperti ini kan lumayan. Awalnya dulu buat untuk dipakai sendiri, terus banyak yang tanya, lama-lama jadi peluang usaha," ujarnya.

Baca juga: Cara Cerdik Nasi Liwet Mbak Laksmi Solo Hadapi Gempuran Covid-19 dan Batalnya Piala Dunia U-20
Nares bisa mendapat keuntungan jutaan rupiah per bulan.
"Kalau pesanan ramai bisa sampai Rp 5 juta lebih," ungkapnya.
Harga produk Setyo Handmade bervariasi, seperti tatakan gelas yang dijual seharga Rp 15.000.
Sementara untuk tas, harganya mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 300.000.
Setyo Handmade mulai ditekuni Nares pada 2018.
"Waktu itu mulai ikut pameran, pelatihan, dan juga gabung Rumah Kreatif BUMN Solo," kenangnya.
Bergabung di Rumah BUMN Solo menjadikan Nares memiliki banyak ilmu, rekan usaha, dan pengalaman.
Ia sempat mengikuti BRI Incubator 2020, program pengembangan UMKM untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas.
Produk Setyo Handmade kini sudah dipasarkan mulai dari Jakarta Bali, Riau, Batam, Kalimantan, Maluku, dan daerah lainnya.
Pemasaran dilakukan Nares secara online memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
Selain itu, Nares juga berkolaborasi dengan pemilik usaha lainnya untuk memasarkan produk kerajinan.
Proses Pengolahan Limbah Koran
Langkah pertama pembuatan seluruh produk adalah melinting lembaran kertas koran menjadi gulungan kecil dan rapi.
Kemudian membentuk lintingan tersebut sesuai produk.
"Kalau tatakan gelas ya dibuat melingkar, kalau tas atau keranjang dianyam," ujarnya.

Koran bekas yang sudah dianyaman kemudian dilem dan dijemur.
Setelah kering, produk kemudian diwarnai menggunakan cat kayu.
"Proses pengerjaan yang paling lama waktu jemur, butuh seharian, namun kalau panas ya setengah hari," imbuhnya.
Nares dibantu sang suami, Prasetyo (51) untuk membuat produk.

Kendala yang saat ini dirasakan, Nares mulai kesulitan mendapatkan koran bekas untuk bahan produksi.
Tetapi, kertas bekas lain tetap bisa digunakan sebagai bahan produksi.
"Seperti kertas HVS bekas, kertas fotokopian, brosur-brosur bekas, itu bisa dipakai," ungkap perempuan berkulit sawo matang itu.
Usaha Nares kini juga sudah tersentuh transformasi digital.
Selain pemasaran melalui marketplace dan media sosial, Setyo Handmade sudah bisa menerima pembayaran melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Setyo Handmade telah bergabung dengan Rumah BUMN Solo sejak awal 2019.
Diketahui, Rumah BUMN adalah kolaborasi BUMN dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas UMKM yang diinisiasi Kementerian BUMN sejak 2016.
Sebanyak 246 Rumah BUMN telah didirikan dan tersebar di seluruh Indonesia yang dikelola oleh 14 BUMN.
Rumah BUMN Solo dikelola oleh BRI.
Koordinator Rumah BUMN Solo, Wachid Sedyo Prakoso menyebut UMKM dibantu mulai dari ide, pemasaran, pengemasan, perizinan, hingga membantu untuk proses permodalan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Rumah BUMN Solo juga menyediakan display produk UMKM dan melibatkan pelaku UMKM di sejumlah acara," ungkap Wachid saat ditemui di Rumah BUMN Solo, Rabu (10/5/2023).

Termasuk satu di antaranya adalah produk Setyo Handmade milik Nareswari.
"Kurang lebih ada sekitar 50 produk UMKM, terutama fesyen dan craft yang kami display. Bila ada pengunjung yang ingin membeli akan kami sampaikan ke pelaku," ungkapnya.
Sementara itu pelaku UMKM yang terdaftar di Rumah BUMN Solo jumlahnya mencapai 73.000.
Setiap bulannya, Rumah BUMN Solo mengadakan pelatihan gratis untuk UMKM, terutama terkait digitalisasi.
"Ada pelatihan tentang digital marketing, pembukuan secara digital, seluk beluk marketplace, hingga pengenalan QRIS," pungkasnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.