Dirut BRI Sunarso Optimistis Indonesia Tidak Akan Resesi Walaupun Bank Amerika dan Eropa Bangkrut
Krisis ekonomi merambat dari Amerika ke benua Eropa. Bank Swiss, Credit Suisse juga terdampak. Lalu, bagaimana risiko resesi perekonomian Indonesia?
Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perekonomian dunia dibayangi ketakutan krisis global sebagai dampak pandemi Covid-19, dan perang Rusia vs Ukraina. Di Amerika, tiga bank dinyatakan bangkrut adalah Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.
Krisis ekonomi global dari Amerika Serikat merambat ke benua Eropa, bank kebanggaan Swiss, Credit Suisse juga terdampak. Lalu, bagaimana risiko kerentanan resesi perekonomian Indonesia?
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso mengungkapkan nada optimistis, perekonomian Indonesia akan baik-baik saja. Kalaupun terdampak, probaliltias atau kemungkinan Indonesia resesi sangat kecil.
Baca juga: Restrukturisasi Kredit Covid-19 dari BRI Terus Menurun, Bukti UMKM Makin Tangguh?
“Menggunakan Markov Switching Dynamic Model, yang mengasumsikan Amerika Sriakt resesi tahun 2023, maka probabilitas Indonesia mengalami resesi tahun 2023 hanya 2 persen. Jadi sekalipun Amerika dan eropa krisis, beberapa bank kolaps, Indonesia kecil kemungkinan resesi. Meski demikian kita harus hati-hati, tetap waspasda,” kata Sunarso saat silataurahmi halalbihalal direksi BRI Group di Brilian Club Jalan Sisingamangaraja, Kamis (11/5/2023) siang.
Hadir dalam acara silaturahmi halalbihalal tersebut Direktur Utama BRI Sunarso didampingi Wakil Direktur Utama Catur Budi Harto, dan jajaran direksi lainnya.
Juga pimpinan dari anak perusahaan BRI yakni Pegadaian, PT PEnanaman Modal Mandani (PNM), BRI Danareksa Securitas, BRI Insurance, BRI FInance, BRI Venture, Bank Raya Indonesia, BRI Remittance, BRI LIfe.
Baca juga: Restrukturisasi Kredit Covid-19 dari BRI Terus Menurun, Bukti UMKM Makin Tangguh?
Tamu undangan, puluhan pemimpin redaksi media massa, komedian Lies Hartono yang lebih terkenal dengan sebutan Cak Lontong dan grup lawak Srimulat.
Menurut Sunarso, di Amerika, bank terdampak adalah Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank. Dari Amerika, krisis merambat ke benua Eropa.
Credit Suisse, bank investasi dan jasa keuangan global didirikan dan berkantor pusat di Swiss, ambruk. Lembaga keuangan berusia 166 tahun itu pernah menjadi lambang kebanggaan Swiss. Financial Stability Board menganggap bank ini sebagai berdampak sistemik sejak Maret 2023, imbas dari bangkrutnya tiga bank di Amerika tahun 2023.
Sunarso kemudian mengurai empat krisis ekonomi dunia, sejak 1998 hingga 2023. Dari semua krisis ini, dampak Covid-19 dan perang Rusia vs Ukraina lah yang paling parah. Krisis 2020-2023, area kirisis atau episentrum krisis tidak jelas, karena ada di semua negara.
Krisis moneter 1997-1998, episentrum krisisnya ada di Asia. Krisis berawal dari Korea Utara, dan merembet ke Asia Tenggara. Bangkok kena, kemudian Malaysia. Indonesia sempat mengulurkan bantuan negara tetangga untuk maksud membentengi agar krisis tidak menular, ternyata Indonesia juga kena. Bahkan begitu Indonesia kena, kira krisis terparah. Karena episentrumnya dekat di Asia, bahkan di dalam negeri sendiri.
Ketika krisis moneter 1998, nilai tukar rupiah semula Rp 2.500 per dolar AS melemah 540 persen menjadi Rp 16.000/dolar AS. Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal perbankan Indonesia ambruk menjadi minus, -15,7 persen, dan risiko kredit macet (non-performing loan/NPL) meningkat 48,6 persen. Kiris pun berdampak multidimensi terhdap pasar keuangan, ekonomi, sosial, dan politik yang ditandai runtuhnya rezim Orde Baru Soeharto.
Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal adalah rasio yang menunjukkan kemampuan bank menyediakan dana atau modal yang digunakan untuk menutup kemungkinan kerugian perkreditan, penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada bank lain. Rasio kecukupan modal diukur berdasarkan perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
CAR menunjukkan sejauh mana bank mengandung resiko (kredit, pernyataan, surat berharga, tagihan) yang ikut dibiayai oleh dana masyarakat. Semakin tinggi CAR, maka bank kian mampuan menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko.
Baca juga: KUR Bank BRI Periode Mei 2023: Simulasi Pembayaran Cicilan Rp50 Juta, Ada Bunga 6 Persen Per Tahun
Kemudian krisis bermula kredit macet kredit pemilikan rumah (KPR) atau kenal sebutan subprime mortgage di AS tahun 2008. Bangkrutnya bank Lehman Brother, menyebabkan terjadinya krisis ekonomi global ketika itu. Rentetannya banyak bank dan jasa keuangan ambruk. Di antaranya, Washington Mutual Bank, Downey Savings and Loans, IndyMac, Colonial Bank, FBOP Corp banking subsidiaries, Guaranty Bank, Downey Savings and Loans serta Bank United FSB.
Dampak krisis 2008, episentumnya ada di Amerika dan Eropa, terasa pada pasar keuangan dan ekonomi nasional. Saat itu, kurs rupiah melemah 13 persen dari Rp 9.060/dolar AS menjadi 10.208/dolar AS. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan 16,8 persen dan kredit macet (NPL) 3,2 persen.
Krisis 2013, yang episentrumnya ada i eropa dan Emerging market, disebabkan gagalnya perbankan negara di Eropa, bermula dari krisis di Yunani. Saat itu suku bunga bank tinggi.
Krisis 2013, dampaknya terasa pada melemahnay nilai tukar, suku bunga bank nai dan inflasi tinggi.
Kurs rupiah semula Rp 9.368/dolar AS terkoreski 26% menjadi 12.170/dolar AS. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan membaik, 18,2% dan kredit macet (NPL) 1,77%.
Ada pun krisis 2020 yang dampaknya semakin terasa 2023,merupakan efek lanjutan dari krisi Covid-19 serta perang Rusia vs Ukraina. Episentrumnya merata di seluruh dunia. Krisis berasa pada sektor kesehatan, pasar keuangan, ekonomi, rantai pasok (supply Chain), dan daya beli masyarakat UMKM.
Krisis 2020 mengakibatkan nilai tukar rupiah menurun tipis 2,3% semula Rp 13.800/dolar AS menjadi Rp 14.120/dolar AS. CAR perbankan Indonesia 24,25% dan risiko kredit macet kecil, 3,18 persen.
Krisis 2020 hingga 2023 merupakan yang tergawat dari semua rangkaian krisis terdahulu, sejak 1998. Mengapa? Karena hiperinflasi juga suku bunga bank tinggi oleh bank sentral, termasuk Bank Sentra AS, The Fed. The Fed menaikkan suku bunga acuan perbankan 10 kali beruntun dengan total 500 basis poin menjadi 5% - 5,25%.
Namun bagi Indonesia, krisis ekonomi sejak 2020, akibat pandemi covid-19, ekonomi kita melemah hanya sekitar dua persen. Permodalan bank cukup kuat, rasio kecukupan modal (CAR) 24,25 persen dan kredit macet (non performing load/NPL)
Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga Q1 2023 cukup kuat, di atas ekspektasi pasar. Dan lebih tinggi dari tingkat potensialnya (trend) pada Q1-2023 yang ditopang konsumsi dalam rumah tangga dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi tiga bulan pertama 2023 diperkirakan mencapai 5,03 persen, lebih tinggi dari Q2 2022 level 5,01%, namun lebih rendah dari Q2 2022 setinggi 5,46%, dan Q3 2022 sebesar 5,73%.
Pertumbuhan ekonomi berdasarkan lapangan usaha melambat pada hampir semua sektor, kecuali jasa keuangan yang menguat menjadi 4,48% dari sebelumnya 3,76% (Q4 2022) dan 1,64% Q1 2022.
Mengapa risiko resesi rendah, kata lagi. Sunarso menjawab sendiri, “Karena kita diberkahi banyak krisis sebelumnya. ibarat bimbel (bimbingan belajar, Red), kita sudah sering latihan. Kita dihadapkan pada soal yang itu-itu saja. Jadi sudah terlatih, sudah hapal solusinya,” kata Sunarso mengundang tawa hadirin.
Area atau episentrum krisis saat ini, kata Sunarso, tidak terlalu jelas. Sebab terjadi di banyak negara terdampak pandemi covid-19. Amerika serikat yang semua menganggap diri baik-baik saja, ternyata terdampak juga yang menjatuhkan beberapa bank, seperti Silicon Valley Bank.
Faktor pendukung optimisme Sunarso, Indonesia tidak akan krisis karena perekonomian Indonesia sangat kuat oleh permintaan domestik. Selain itu, pasar finansial dan valuta asing Indonesia saat ini, cenderung lebih tahan dari gejolak eksternal dibanding masa lalu.
Faktor penopang lainnya, inflasi relatif stabil. Tidak terjadi gejolak harga komoditas pokok, kecuali harga minyak goreng naik dan ditandai kelanggakan komoditasnay tahun lalu. Kepiawaian Bank Indonesia mengendalikan stabiltias kurs rupiah pun menjadi elemen penopang akan ketahanan perekonomian Indonesia. Kebutuhan akan pupuk memang naik, namun dapat ditopang pemenuhan dari impor. Energi pun stabil.
Singkat cerita, kita mempunya sumber bahan untuk menganlisis situasi dan kondiri berdasar data-data.
“Bloomberg pernah membuat analisis, peluang resesi sekitar 2%. Dan semoga dapat kita jalani, sehingga mudah-mudahan tidak terjadi resesi di Indonesia,” kata Sunarso.
Prediksi, pelaku UMKM tetap optimistis, aktivitas usahanya akan terus meningkat. Sebab ditopang oleh perayaan Idul Fitri, puncak panen raya tanaman bahan makanan dan cuaca yang mulai kondusif.
BRI Raih Laba Rp 15,56 Triliun Tiga Bulan Pertama 2023
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkap kinerja pencapaian bank milin negara itu selama tiga bulan pertama (Q1) 2023. Menurut Suharso, BRI memperoleh laba bersih (net-profit) 15,56 trilun. Pencapaian ini meningkat 27 persen berbanding (year on year) Q1 2022.
Dari sisi risiko, kredit macet BRI menurun 0,24 persen dari posis Q1 2022 menjadi 2,86% Q1 2023.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mendapatkan dana segar dari publik sekitar Rp 41 triliun dari pelaksanaan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Dengan demikian, modal BRI sangat kuat, sehingga rasio kecukupan modalnya (CAR) 24,61% Q1 2022 naik sebesar 0.37% menjadi 24.98% Q1 2023.
Menurut Suharso, laba BRI diperkirakan meningkat. Sehingga tahun ini diperkirakan, laba bank leb ih tinggi dari tahun 2022 sebesar Rp 51,43 triliun.
Atas pencapaian laba 2022, BRI akan membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar Rp 43,5 triliun untuk Tahun Buku 2022. Jumlah tersebut mencapai 85 persen dari total laba bersih BRI yang mencapai Rp 51,4 triliun sepanjang tahun lalu.
BRI membagikan dividen sebesar 85 persen dari laba bersih konsolidasian sepanjang 2022. Deviden diatribusikan kepada pemilik entitas induk dengan nilai sebesar Rp 43,94 triliun.
Pembagian dividen tersebut dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2023 di Jakarta, Senin (13/3/2023).
Jumlah itu sudah termasuk dividen interim senilai Rp 8,60 triliun yang telah dibagikan kepada pemegang saham pada Jumat (27/1/2023).
Dengan begitu, BRI tinggal membayarkan sisa dividen tunai yang bernilai sekurang-kurangnya Rp 34,89 triliun.
Sepanjang 2022, BRI Group mencatatkan laba bersih senilai Rp 51,43 triliun atau tumbuh 67,15 persen secara year on year (yoy) dengan total aset tumbuh double digit sebesar 11,18 persen yoy menjadi Rp 1.865,64 triliun.
Sisa, 15 persen senilai Rp 7,67 triliun digunakan sebagai laba ditahan. Untuk dividen bagian negara dengan kepemilikan sekurang-kurangnya 53,19 persen saham atau senilai Rp 23,15 triliun, disetorkan melalui Rekening Kas Umum Negara (KUN). (amb)