Pengamat: Kenaikan Suku Bunga AS Bisa Jadi Ancaman Rupiah ke Depan
rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS ke depan. Mungkin bisa masuk ke Rp15.000 hingga Rp15.200 di Juni
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan perhatian dari pelaku pasar keungan dunia bisa berubah dari kenaikan pagu utang atau debt ceiling ke kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Kebijakan moneter yang dimaksud, yakni peluang Bank Sentral AS atau The Fed akan kembali menaikkan suku bunga pada keputusan rapat pada 13 Juni hingga 14 Juni ini.
Baca juga: AS Terhindari dari Risiko Gagal Bayar, Rupiah Diprediksi Melesat ke Rp14.700 per Dolar Juni Ini
"Bila demikian, rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS ke depan. Mungkin bisa masuk ke Rp15.000 hingga Rp15.200 di Juni," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Jumat (2/6/2023).
Lebih lanjut, menurut Ariston, kelihatannya kenaikan pagu utang Negeri Paman Sam bakal disetujui kongres, sehingga jadi sentimen positif bagi aset berisiko.
"Tapi di sisi lain, ada perubahan ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga acuan AS. Ekspektasi suku bunga naik pada rapat Juni meningkat dan ekspektasi suku bunga bertahan malah menurun," katanya.
Baca juga: Rupiah Melorot Lagi, Hari Ini Tembus Rp 15.000/dolar AS
Perubahan ekspektasi ini terkait dengan data ekonomi Amerika yang membaik belakangan ini yang dikhawatirkan akan menyumbang kenaikan inflasi.
"Sehingga, inflasi tidak turun-turun mendekati target. Perubahan ekspektasi ini bisa mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.