Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Desa Wisata Jamu Kiringan Bantul Pastikan Regenerasi Berjalan Baik, Penjual Jamu Tetap Lestari

Desa Wisata Jamu Kiringan di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tampaknya tidak perlu khawatir dengan generasi penerus.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Desa Wisata Jamu Kiringan Bantul Pastikan Regenerasi Berjalan Baik, Penjual Jamu Tetap Lestari
TRIBUNNEWS/WAHYU GILANG PUTRANTO
Desa Wisata Jamu Kiringan di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tampaknya tidak perlu khawatir dengan generasi penerus pembuat jamu tradisional. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Wahyu Gilang Putranto

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Desa Wisata Jamu Kiringan di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tampaknya tidak perlu khawatir dengan generasi penerus pembuat jamu tradisional.

Anak muda di Dusun Kiringan, Desa Canden, Kapanewon Jetis ini antusias melanjutkan usaha jamu yang digeluti orangtuanya.

Sesuai namanya, potensi Desa Wisata Kiringan adalah jamu tradisional.

Setidaknya ada 132 warga pelaku UMKM membuat jamu tradisional dengan resep turun-temurun sejak 1950-an.

Kepala Dusun Kiringan, Sudiyatmi, mengaku generasi pelestari jamu tradisional tetap terjaga.

"Anak muda antusias, misal ibunya sudah sepuh, terus pas antar pesanan sambil mengenalkan ini lho anak saya yang nanti melanjutkan," ujar Sudiyatmi dijumpai di Kiringan, Jumat (9/6/2023).

Berita Rekomendasi

"Misal ibu sudah berusia 60 tahun ke atas, dalam satu minggu ibunya jualan empat hari, anaknya jualan tiga hari," imbuhnya.

Kepala Dusun Kiringan, Sudiyatmi
Kepala Dusun Kiringan, Sudiyatmi (Tribunnews/Wahyu Gilang Putranto)

Baca juga: Peran Rumah BUMN Solo bagi UMKM, Jadi Rumah Kedua hingga Kembangkan Kapasitas Usaha

Sudiyatmi juga mengatakan banyak anak muda yang bekerja sebagai karyawan, memutuskan berhenti dan berjualan jamu.

"Banyak yang bekerja di pabrik, memutuskan keluar untuk berjualan jamu."

"Karena ibunya juga meninggal, meneruskan, dan bisa merawat anak dan suami, kalau kerja di pabrik kan dari pagi sampai sore," ungkapnya.

Pelatihan Anak Muda

Minat anak muda melanjutkan usaha jamu tradisional juga dibarengi dengan pelatihan.

Sudiyatmi mengatakan pada 2021 lalu, para generasi muda mendapat pelatihan dari Dinas Koperasi setempat.

Mereka diberi pelatihan digitalisasi agar jamu tradisional bisa dipasarkan mengikuti perkembangan zaman.

"Pemuda-pemudi, ibu muda, diajari proses pemasaran, packaging, foto produk, hingga Google Business," ungkapnya.

Sudiyatmi bilang, mayoritas penjual jamu di Dusun Kiringan sudah merambah online melalui sejumlah marketplace, seperti Shopee dan Lazada.

Baca juga: Kulineran di Selter Stadion Manahan Solo Kini Sudah Bisa Bayar Pakai QRIS

Perkawinan Menambah Lestari

Selain generasi muda asli Dusun Kiringan, Sudiyatmi mengatakan penjual jamu makin lestari dengan adanya perkawinan.

"Misalnya kalau laki-laki sini dapat orang dari luar Kiringan, masuk ke sini ikut juga jualan jamu," ujarnya.

Hal itu membuat penjual jamu di Dusun Kiringan menjadi bertambah.

Sudiyatmi mengatakan ada lebih dari 10 jenis jamu yang dibuat warga di Dusun Kiringan.

"Yang ramai beras kencur dan kunir asem," ungkapnya.

Anak Sekolah Jual Jamu

Sementara itu Ketua Kelompok Jamu Seruni Putih, Murjiyati juga mengisahkan betapa generasi muda di Dusun Kiringan antusias menjual jamu.

Murjiyati mengaku putrinya ikut menjual jamu sejak duduk di bangku SMP.

Racikan jamu botolan Murjiyati dijajakan kepada teman-teman sang putri.

Saat ini, putrinya yang sudah bekerja sebagai perawat pun masih terlibat dalam penjualan produk jamunya yang diberi merek 'Riski Barokah'.

"Biasanya pesan dulu, besok dibawakan," ungkap Murjiyati.

Ketua Kelompok Jamu Seruni Putih, Murjiyati
Ketua Kelompok Jamu Seruni Putih, Murjiyati (Tribunnews/Wahyu Gilang Putranto)

Murjiyati mengungkapkan, kunyit asam alias kunir asem, dan beras kencur menjadi varian jamu ciri khas Dusun Kiringan.

"Jamu yang dibuat ada kelor, sirih, kunyit, temulawak, beras kencur, jahe merah, banyak."

"Tapi yang dibuat tiap hari ada kunir asem, beras kencur, dan secang," ungkap Murjiyati.

Perkembangan Teknologi dan Digitalisasi

Generasi lama penjual Dusun Kiringan menjajakan racikan jamu yang sudah jadi dengan digendong alias jamu gendong.

Kini kebanyakan berjualan menggunakan sepeda motor.

Seiring berkembangnya teknik pembuatan jamu, varian jamu di Kiringan menjadi bermacam-macam.

Seperti sirup jamu, jamu botolan, hingga jamu instan.

Selain itu, penjualan jamu juga sudah merambah digitalisasi seperti dalam metode pembayaran.

"Sekarang sudah bisa bayar menggunakan QRIS," ungkap Murjiyati.

"Biasanya kalau pameran pada beli pakai scan barcode itu," imbuhnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas