Pengusaha Pertashop Minta Ikut Jualan LPG 3 Kg, Jualan Barang Nonsubsidi Cuannya Tipis
Para pengusaha Pertashop mendesak Pemerintah agar memberikan izin kepada mereka ikut memasarkan LPG subsidi 3 kilogram bersubsidi ke masyarakat.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pengusaha Pertashop mendesak Pemerintah agar memberikan izin kepada mereka ikut memasarkan LPG subsidi 3 kilogram bersubsidi ke masyarakat.
Sekretaris Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan DIY, Gunadi Broto Sudarmo berharap, izin tersebut dapat segera diterbitkan agar para pengusaha Pertashop dapat memperoleh tambahan keuntungan.
Sebagai informasi, Pertashop (Pertamina Shop) adalah outlet penjualan Pertamina berskala tertentu yang dipersiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM non subsidi, LPG non subsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya dengan mengutamakan lokasi pelayanannya di desa atau di kota yang membutuhkan pelayanan produk ritel Pertamina.
"Sebagai tambahan income di Pertashop, kami harapkan tunjuk lah kami sebagai pangkalan LPG 3 Kg," ungkap Gunadi saat melakukan rapat bersama Komisi VII DPR-RI, Senin (10/7/2023).
"Usaha untuk menjadi pangkalan LPG 3 Kg tersebut sampai sekarang belum terealisasi, karena kuota dari agen sudah habis disalurkan kepada pangkalan yang sudah terdaftar," sambungnya.
Diketahui, pengusaha Pertashop mengeluhkan penurunan omset. Sehingga diperlukan strategi atau upaya untuk mendapatkan tambahan keuntungan.
Gunadi mengungkapkan, penurunan kinerja ini disebabkan disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite yang tergolong masih cukup tinggi sehingga masyarakat banyak yang cenderung membeli Pertalite.
Baca juga: Bisnis Pertashop Jeblok, Pengusaha Sebut Gara-gara Disparitas Harga Pertamax dan Pertalite
"Saat kita ingin maju, ada gejolak dunia perang antara Ukraiana-Rusia dan berpengaruh terhadap ekonomi mikro yang disebabkan melonjaknya harga minyak dunia. Akhirnya terjadinya disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite. Karena di Pertashop hanya jual Pertamax dan Dexlite," papar Gunadi saat melakukan rapat bersama Komisi VII DPR-RI, Senin (10/7/2023).
Diketahui, tingginya disparitas antara kedua jenis BBM tersebut terjadi sejak tahun 2022. Sementara untuk saat ini harga Pertama senilai Rp12.400 per liter, sedangkan Pertalite dibanderol Rp10.000 per liter.
Dengan gap harga yang selisihnya Rp2.400 per liter, banyak masyarakat yang lebih memilih mengkonsumsi Pertalite untuk kendaraannya.
Baca juga: Hanya Jualan Produk Non Subsidi, Bisnis Pertashop Terancam Mati Suri, Ini Respon Pertamina
Turunnya kinerja penjualan sangat berdampak terhadap arus keuangan para pengusaha Pertashop.
Menurut Gunadi, terdapat efek domino yakni penjualan menurun drastis dan laba menjadi rugi, kemudian cicilan bank tak terpenuhi. Sehingga satu-persatu Pertashop tutup karena gaji karyawan tak terpenuhi.
Asal tahu saja, banyak pengeluaran yang harus dibayar para pengusaha Pertashop. Mulai dari gaji operator, pajak, uang kebersihan, listrik, air dan lain-lain.
"Omset kami menurun drastis hingga 90 persen. Usaha Pertashop tidak memberi keuntungan, justru merugi. Pertashop yang tutup atau merugi terancam tersita aset nya, karena tidak sanggup membayar angsuran," pungkasnya.