Rupiah Diramal Menguat Imbas Dolar AS Loyo di Akhir Masa Kenaikan Suku Bunga
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah berpeluang menuju Rp 15.130 per dolar AS.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan lanjutkan penguatan pada hari ini, Rabu (12/7/2023), dari kemarin ditutup menguat 50 poin ke Rp 15.142 per dolar AS.
Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah berpeluang menuju Rp 15.130 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Selasa Pagi Dibuka Betah di Rp 15.200 Per Dolar AS
"Untuk perdagangan Rabu, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.130 per dolar AS hingga Rp 15.220 per dolar AS," ujar dia mengutip risetnya, Rabu (12/7/2023).
Dia menjelaskan, sentimen eksternal yang memengaruhi rupiah adalah dolar AS melemah pada hari Selasa setelah pejabat Federal Reserve atau Bank Sentral AS isyaratkan mendekati akhir siklus pengetatan kebijakan, meskipun diperdagangkan dalam kisaran ketat menjelang laporan inflasi utama AS.
Beberapa pejabat Fed mengatakan pada hari Senin, bahwa bank sentral kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menurunkan inflasi, tetapi akhir dari siklus pengetatan kebijakan moneter saat ini semakin dekat.
Sementara, pelaku pasar saham sekarang memusatkan perhatian mereka pada data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu, yang akan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang kemajuan Fed dalam perjuangannya melawan harga konsumen sangat tinggi.
"Sebuah survei dari Federal Reserve New York pada hari Senin menunjukkan, memudarnya ekspektasi inflasi jangka pendek di antara orang Amerika, yang mengatakan bulan lalu mereka mengharapkan kenaikan inflasi jangka pendek terlemah hanya dalam waktu dua tahun," kata Ibrahim.
Kemudian dari sentimen internal yang memengaruhi rupiah, yakni banyak pengamat memperkirakan inflasi pada bulan Agustus dan September 2023 akan turun di bawah 3 persen.
Baca juga: Tren Pelemahan Rupiah Masih Terjadi, BI Ungkap Penyebabnya
"Sedangkan untuk akhir tahun 2023 inflasi akan berada di atas 3 persen. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bank Indonesia bahwa inflasi berada di jalur melambat, membuat inflasi akan cukup rendah dan Inflasi menunjukan penurunan tajam, bahkan lebih tajam di paruh kedua tahun ini," tutur dia.
Meski demikian, el nino akan menjadi risiko dalam penanganan inflasi khususnya pada inflasi komponen bergejolak atau volatile food.
Namun sejauh ini, dalam delapan hingga sembilan tahun terakhir dampak dari peristiwa el nino di Indonesia tidak terlalu berdampak besar terhadap inflasi.
Jadi jika ada ancaman tersebut, pemerintah akan segera mengambil tindakan karena kenaikan suku bunga saja tidak dapat melakukan apapun untuk peredaan inflasi akibat dampak buruk dari cuaca.
"Dan pemerintah sudah mendukung dengan melakukan langkah-langkah seperti impor beras, guna menjaga harga pangan," pungkas Ibrahim.